Seperti apa wajahmu, wahai maut? Apakah boleh aku berharap, bahwa wajahmu saat menemuiku nanti adalah wajah ramah seorang sahabat; atau wajah tentram seperti paras ibuku; atau wajah damai seperti senyum bapakku; atau wajah riang penuh kecerdasan seperti tatapan anak-anakku; atau wajah lembut seperti senyum suamiku; agar aku sanggup menatap matamu saat waktu yang dijanjikan kelak datang.
Seperti apakah wajahmu, wahai maut? Apakah boleh aku menawarkan persahabatan, agar datangmu tak membawa ketakutan, agar tak bersisa di hatiku rasa gentar dan kecemasan, karena dalam sadarku aku mengaku bahwa janji datangmu adalah pasti, karena dalam pahamku aku mengerti bahwa perintah penciptamu tak dapat kau ingkari, dan sungguh, aku tahu waktu yang kumiliki tak akan pernah bisa kembali.
Seperti apakah wajahmu, wahai maut? Cemas aku menunggu datangmu……………………
Tubei Lebong, December 3rd 2015.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H