Sering mendengar pernyataan dari orang lain bahwa, "Ayah adalah cinta pertama anak perempuannya", Sepertinya menurutku pun begitu, bahkan bagi aku lebih dari itu, ayah adalah motivasi dalam hidupku. Â Mengapa demikian?
Aku terlahir sebagai anak ketiga perempuan. Sementara menurut cerita dari ibu, ayahku menginginkan sekali anak laki-laki ketika aku dilahirkan. Setelah mendengar cerita dari ibuku itu, sejenak aku berpikir, " Begitukah....? Apakah beliau kecewa atas kehadiranku?" Sejak itu pula aku merasa berkeinginan untuk membuat orang tuaku bangga dengan apa yang dapat aku berikan. Aku ingin membuat orang tuaku bangga dengan apa yang dapat aku persembahkan, terlebih untuk ayahku.
Dalam keseharianku aku biasa memanggilnya dengan sapaan bapak.
"Bapak...., tanpa kau ketahui terkadang aku mencuri pandang. Aku memperhatikanmu.... Kini kau sudah tampak tua. Kerut menyelimuti hampir di semua kulit wajahmu. Apakah aku sudah bisa membahagiakanmu dan ibu?"
Banyak perubahan lain juga yang tampak dari proses menuanya. Namun dari semua penuaan fisik itu, beliau semakin menunjukkan kasih dan sayang untuk keluarga. Di masa tuanya ini, beliau masih terlihat geliat ingin tetap bekerja walaupun beliau pun menyadari kini tak lagi perkasa. Banyak yang kujadikan contoh atas pembawaannya, salah satunya beliau itu selalu tampak tenang dalam tiap suasana.
Alur hidup tidak selamanya berjalan mulus layaknya melalui jalan tol yang lancar dan tanpa hambatan. Begitu pun kisah hidup yang beliau alami di masa-masa dulu. Dalam menempuh titik seperti ini bukan berarti beliau tak pernah melewati liku dan jalan yang terjal. Namun, Masyaallah, atas kesabaran dan kerja kerasnya semua bisa dilalui, tentunya bersama ibuku yang selalu mendampinginya.
Kini aku, anak bungsunya ini sudah berkeluarga. Karena sudah berkeluarga, aku semakin merasa betapa berharganya pengorbanan dan perjuangan orang tua. Sebab dengan perasaan cinta dan kasih sayang yang aku berikan kepada anak-anakku, semakin kusadari betapa sayangnya juga orang tuaku kepadaku. Peduli dan perhatiannya tetap kurasakan dalam kondisi apapun, dalam titik tersulit sekalipun. Â Dalam menjalani perannya sebagai orang tua, banyak contoh yang kutemui dari bagaimana cara beliau mendidik kami anak-anaknya. Pembelajaran yang aku peroleh tidak sering berupa nasihat secara langsung. Namun kuperhatikan kebiasaan-kebiasaan baik yang selalu dilakukan dalam kesehariannya seperti bagaimana beliau menanamkan perilaku jujur, sikap berhati-hati jangan sampai melukai perasaan orang lain. Yang paling sering mengena yaitu menumbuhkan sabar. Baik sabar untuk mampu bertahan dalam menerima kenyataan. Kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan, maupun sikap sabar dalam menghadapi ujian atas sikap tidak nyaman dari orang lain.
Terimakasih untuk kedua orang tuaku atas segala pembelajarannya. Terimakasih atas pembiasaan baik yang harus kulakukan selama ini. Terimakasih atas arahan bahwa dalam hidup jangan terlampau cepat ingin menikmati tanpa dengan berjuang sendiri. Pokoknya terimakasih ayah dan ibuku. Doa dan harapanku semoga kalian berdua senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Sehat selalu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H