Badminton China tidak pernah absen dalam menelurkan talenta-talenta berbakat yang pada akhirnya sukses menguasai panggung bulutangkis dunia. Sebut saja Lin Dan, Chen Long, Fu Haifeng, Cai Yun, Zhang Nan, Zhao Yunlei, Yu Yang, Li Xuerui dan masih banyak lagi daftar pemain bulutangkis luar biasa dari negeri tirai bambu. Walaupun sekarang prestasi pemain-pemain China mengalami banyak penurunan, namun tetap saja seburuk-buruknya prestasi mereka itu sebagus-bagusnya prestasi pemain Indonesia yang sekarang. (he..he..he)
Nah, berbicara mengenai pemain China, karena prestasi mereka yang sangat baik dan terkadang sampai bisa menjadi sulit dikalahkan maka tidak jarang pemain-pemain top China dijadikan 'musuh bersama' ketika mereka sedang tampil di sebuah kejuaraan. (apalagi kalau berlangsung di Indonesia)
Ambil contoh publik Malaysia yang 'sangat membenci' Lin Dan yang sering (bahkan selalu) menjegal langkah Lee Chong Wei untuk merebut gelar prestisius seperti Juara Dunia dan Medali Emas Olimpiade, maka publik Indonesia pun punya 'musuh baru' dia adalah pemain putri yang baru naik daun, Chen Qingchen. Â Lho kenapa?
Chen Qingchen merupakan pemain putri spesialis ganda asal Tiongkok yang mulai mencuri perhatian di tahun 2016 kemarin. Prestasi Chen di level junior boleh dibilang luar biasa, ia meraih hattrick gelar juara untuk sektor ganda campuran dan dua gelar juara untuk ganda putri, total lima gelar juara dunia junior ia sudah kumpulkan. Debutnya di turnamen super series pun langsung menunjukkan hasil yang mumpuni, bersama Zheng Siwei, Chen berhasil menjadi kampiun di Japan Open, French Open dan Dubai World Super Series Finals 2016 di tahun 2017 mereka kembali meraih titel juara di Malaysia Open Superseries Premier. Bersama Bao Yixin Chen menjadi kampiun di Australia Open dan bersama Jia Yifan, Chen berhasil menjadi juara di French Open dan Dubai World Super Series Finals 2016. (dimana ia sukses menggondol double gelar di XD dan WD)Â
Di turnamen beregu pun ia juga sukses bersama tim Uber China, Chen menjadi penentu kemenangan tim tirai bambu di partai final melawan Korea Selatan, bersama Tang Yuanting, mereka mengalahkan pasangan Korea, Jang Ye Na dan Lee So Hee sekaligus memastikan gelar ke 14 bagi mereka.
Nasib Chen di 2017 ternyata belum secermelang seperti di tahun 2016, walaupun Chen sudah mendapatkan peringkat 1 dunia bersama Zheng Siwei, namun gelar juara yang ia kumpulkan di tahun ini baru satu. Kegagalan di final Sudirman Cup 2017 saat ia kalah dari pasangan Korea Selatan di nomor WD, menjadikan Chen bulan-bulanan para 'haters' nya di dunia maya. Â Chen pun mendapatkan banyak julukan baru, ini diantaranya, Dora, Mangkuk Bubur dan Baskom.Â
Saya sempat berpikir (dan tertawa) membaca julukan-julukan baru untuk pemain yang belum genap berusia 20 tahun ini, apa salah Chen sampai 'dibully' sedemikian rupa? Chen Qingchen memang tipikal pemain yang sangat ekspresif dan bisa sampai meluapkan kegembiraannya terutama ketika ia memenangkan pertandingan yang membuat ia meraih titel bergengsi. Dan segagal-gagalnya Chen, prestasinya masih jauuhhh lebih baik daripada semua para pemain putri pelatnas sekarang digabung menjadi satu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H