Kita semua tahu jika Surabaya adalah salah satu kota yang masuk dalam kategori "Kota Terpanas di Indonesia". Di Surabaya sendiri, banyak orang mengatakan jika satu orang akan dapat satu matahari karena begitu teriknya matahari di Surabaya. Dengan adanya climate change atau yang biasa kita sebut dengan perubahan iklim, kota Surabaya yang awalnya sudah panas sekali, malah makin panas. Asia termasuk salah satu benua yang mengalami perubahan iklim yang cukup parah, karena bertambahnya emisi karbon dan minimnya oksigen. Emisi karbon tersebut, dikarenakan oleh pemakaian kendaraan pribadi yang cukup berlebih, kurangnya pohon-pohon yang rindang, dan banyaknya gedung-gedung pencakar langit. Itu lah sebabnya perubahan iklim di Surabaya ini semakin memburuk.
Merujuk korelasi antara kekuatan ekonomi dan emisi CO2,  tidak mengherankan jika sektor industri bertanggung jawab atas sumbangan terbesar dari keseluruhan emisi gas rumah kaca, termasuk metana dan dinitrogen oksida yang dilepaskan ke atmosfer. Emisi CO2 yang paling banyak disumbangkan adalah dari pabrik industrial, yang sebagaimana harusnya, bisa diserap  oleh pepohonan yang di sekitarnya. Tetapi dikarenakan kurangnya populasi pepohonan di antara pabrik-pabrik industrial tersebut, emisi CO2 yang seharusnya diserap oleh pepohonan, tidak dapat terserap karena jumlahnya yang sangat amat cukup besar.
Mungkin dengan adanya kesadaran diri bagi orang-orang sekitar pabrik industrial maupun bukan, arusnya mereka sadar akan cuaca di Surabaya makin hari, makin terik dan panas. Seharusnya dari pribadi masing-masing kita harus lebih peduli dengan bumi kita sendiri, karena mau bagaimanapun, kita akan hidup dan tinggal di bumu. Jika bumi kita tidak kita jaga dan rawat baik-baik dan sungguh-sungguh, maka dampak yang terjadi, akan berpengaruh besar dalam kehidupan kita sendiri. (AIA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H