Sekarang ini kerap kali kita mendengar istilah generasi sandwich, baik itu saat kita membaca portal berita, menscroll social media kita, mendengar radio, menonton youtube atau bahkan saat kita tengah berkumpul dengan teman teman kita topik obrolan yang sering dikeluarkan adalah tentang generasi sandwich. Sebenarnya apa sih generasi sandwich ini , kenapa seperti menjadi hype belakangan ini.
Istilah generasi sandwich ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1981 oleh seorang professor Universitas Kentucky bernama Dorothy A Miller. Generasi Sandwich merupakan orang dewasa yang harus menanggung hidup 3 generasi yaitu orangtuanya, diri sendiri dan anaknya.
Kondisi tersebut dianalogikan seperti sandwich dimana sepotong daging terhimpit oleh dua buah roti. Roti tersebut diibaratkan sebagai orang tua (generasi atas), dan anak (generasi bawah), sedangkan isi utama sandwich berupa daging, mayonnaise dan saus yang terhimpit oleh roti diibaratkan bagai diri sendiri.
Ciri-ciri sandwich generation sendiri dapat dilihat melalui tipe tipe berikut:
- The Traditional sandwich generation
- Tipe ini biasanya terdiri dari orang dewasa berusia 40 hingga 50 an yang masih harus menanggung beban orang tua sekaligus memiliki anak yang masih membutuhkan dukungan finansial.
- The club sandwich generation
- Generasi ini berisikan orang dewasa yang memiliki usia 30 sampai 60 tahun. Jika sudah menikah, maka mereka akan diapit oleh orang tua,anak, cucu atau kakek dan nenek. Mereka yang berada di posisi ini harus menanggung kebutuhan hidup yang lebih banyak.
- The open face sandwich generation
- Untuk tipe ini biasanya mereka akan berisikan siapa saja yang terlibat dalam perawatan orang tua tetapi bukan secara professional seperti petugas panti jompo.
Orang yang mengalami kondisi generasi sandwich ini akan merasakan tidak hanya kelelahan secara fisik bahkan mengalami kelelahan mental. Dampak nya dapat dilihat dari :
- Mengalami burn out akiat kelelahan secara fisik dan mental.
- Cenderung dihantui perasaan bersalah karena merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga
- Diliputi kekhawatiran seperti tidak bisa membiayai sekolah anak, membiayai hidup orangtua dan lain halnya.
- Tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri termasuk menjalani hobi, merawat diri hingga menjalin hubungan dengan orang lain
- Rentan mengalami masalah psikologis seperti depresi dan gangguan mental
Banyak factor yang melatarbelakangi terjadinya generasi sandwich ini namun pada umumnya ini terjadi karena kegagalan finansial orangtua.
Untuk memutus rantai generasi sandwich ini bukanlah hal mudah yang dapat dilakukan begitu saja. Perlu konsistensi dan usaha yang lebih besar untuk dilakukan. Tak perlu untuk merasakannya terlebih dahulu. Bagi kamu yang saat ini beruntung belum berada di posisi tersebut maka tidak ada salahnya mengikuti langkah langkah ini agar kamu dan generasi selanjutnya tidak lagi merasakan beban berat ini
- Miliki tabungan rencana
- Tabungan rencana adalah tabungan dengan setoran rutin secara bulanan yang memiliki fasilitas autodebet dari rekening sumber ke rekening tabungan rencana dan penarikannya dibatasi sesuai ketentuan bank. Tabungan rencana ini ada banyak jenisnya tinggal dipilih sesuai kebutuhan yang diperlukan. Jadi apapun tujuanmu di masa depan kamu dapat mengelola keuanganmu dengan bijak dan disiplin.
- Menyiapkan program pensiun
- Progran pensiun adalah langkah awal yang baik sebagai bukti sayang kita kelak kepada anak dan berguna untuk menjamin kehidupan masa tua kita sehingga nantinya dapat meminimalisir terjadinya generasi sandwich pada anak kita.
- Miliki asuransi kesehatan
- Semakin bertambahnya usia ketahanan tubuh akan semakin mudah turun yang berimbas pada kesehatan. Hal ini harus benar benar diperhatikan dengan membuat asuransi kesehatan baik untuk diri sendiri, orangtua maupun anak.
- Kurangi gaya hidup konsumtif
- Konsumtif atau tidaknya gaya hidup seseorang tergantung dengan kemampuan orang tersebut. Namun tidak ada salahnya kita mengurangi gaya hidup konsumtif yang dirasa tidak perlu. Langkah pertama sebelum menguranginya kita harus menentukan prioritas dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Karena terkadang kita menuruti nafsu keinginan kita bukan karena kebutuhan.
- Menyiapkan dana pendidikan anak
- Dana pendidikan anak juga tak kalah penting sebagai upaya memutus mata rantai ini. Dengan adanya asuransi pendidikan untuk anak orang tua dapat menyiapkan biaya pendidikan anak untuk masa depan dimulai dari sekarang dan tentu saja hal ini akan meringankan beban orangtua di kemudian hari.
- Namun sebelum memilih asuransi pendidikan, pastikan kamu memperkirakan perhitungan biaya pendidikan anak secara detail dan disesuaikan dengan keadaan finansial.
- Mengajarkan anak untuk menabung dan belajar mandiri secara finansial
- Perilaku gemar menabung harus diajarkan sedini mungkin oleh siapapun. Begitu pula jika memiliki anak maka segeralah untuk mengajarkan mereka belajar menabung, membedakan mana kebutuhan dan keinginan hingga memotivasi untuk membeli kebutuhan mereka dari hasil menabung.
- Jika kita merupakan salah satu generasi sandwich maka tak ada salahnya untuk terbuka dengan orangtua untuk membahas kemampuan dalam memberikan bantuan finansial. Memang kita diwajibkan untuk berbakti dan membahagiakan orangtua, namun akan menjadi kurang tepat jika diartikan orang tua yang sudah tidak berpenghasilan dapat dengan bebas menggantungkan diri pada anaknya yang bekerja. Dengan komunikasi yang terbuka nantinya diharapkan sang orang tua akan mengerti dan tidak terlalu besar menuntut sehingga beban dan tingkat stress anak sedikit berkurang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H