Mohon tunggu...
bypetrichor_
bypetrichor_ Mohon Tunggu... Lainnya - florist

a few words can touch someone's heart

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Toxic Relationship tapi Memilih Bertahan? Tanda Terjebak Sunk Cost Fallacy

19 November 2024   15:56 Diperbarui: 19 November 2024   16:43 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Couple. Sumber foto: Pexels/Timur Weber

Semua Bermula dari Toxic Relationship

Toxic relationship bisa diartikan hubungan antara dua individu atau lebih yang tidak sehat, beracun dan hanya bersifat merusak. Dalam hubungan yang sehat seharusnya 2 pihak bisa saling mendukung, mencintai, menghargai dan melindungi satu sama lain. Sebaliknya, dalam hubungan yang tidak sehat salah satu pihak merasa memiliki kontrol yang lebih besar, selalu mengatur dan berlaku semena-mena dengan maksud agar pasangannya selalu menuruti kemauannya. Hubungan yang tidak sehat ini bisa berdampak buruk pada diri sendiri dan lingkungan sekitar. Korban akan merasakan tertekan, stres, tidak bahagia, bahkan merasakan kehilangan harga diri. Pada lingkungan sekitar, korban juga bisa membawa emosi negatif ke mana pun korban pergi, dalam aspek tertentu lingkup pertemanan juga bisa semakin mengecil. Pelaku toxic relationship bisa melarang pasangannya bersosialisasi bahkan pada hal positif termasuk mengikuti komunitas atau organisasi (Keny, Wara Cera dkk, 2023).

Sunk Cost Fallacy dalam Toxic Relationship

Dilansir dari thedecisionlab.com, sunk cost fallacy merupakan kecenderungan kita untuk menindaklanjuti sesuatu yang telah kita investasikan secara besar-besaran (baik itu waktu, uang, usaha atau energi emosional), meskipun mengakhiri merupakan ide yang lebih baik. Dalam konteks hubungan, seseorang cenderung melanjutkan sesuatu yang sudah dia bangun dan menjadi ragu untuk mengakhiri hubungan yang tidak sehat karena sudah menginvestasikan banyak waktu, energi bahkan uang berharap semuanya tidak berakhir sia-sia. 

Faktor Penyebab Sunk Cost Fallacy:

1. Mengharapkan Pasangan Berubah

Ketika harus mengeluarkan banyak modal tetapi output yang dihasilkan tidak sebanding, ada yang memilih berhenti tetapi ada juga yang memilih bertahan dengan berharap suatu saat keadaan berubah lalu memetik hasil yang diinginkan. Mungkin seiring berjalannya waktu dia akan berubah, i can fix him, pemikiran seperti itu bisa menghambat seseorang mengakhiri hubungan toksik.

2. Kenangan dan Keterikatan Emosional

Waktu yang dihabiskan cukup lama bahkan sampai hitungan tahun pasti membuat seseorang menyimpan banyak memori bersama dan memiliki keterikatan emosional yang kuat. Ketakutan akan perasaan kehilangan atas hal-hal yang dilakukan bersama membuat seseorang ragu melepaskan orang tersebut.

3. Tekanan Lingkungan Sekitar

Dalam suatu hubungan apalagi jika sudah cukup lama biasanya melibatkan orang-orang di sekitar, misalnya saling memperkenalkan pada keluarga atau teman satu sama lain. Ketika berniat mengakhiri hubungan muncul pemikiran, "nanti apa kata orang kalau berpisah?" hal tersebut turut menambah kompleksitas seseorang susah keluar dari hubungan tidak sehat.

4. Takut Memulai Hubungan Baru

Seseorang bisa merasa takut tidak ada yang mencintai lagi atau takut hubungan baru akan berakhir sama, ketakutan seperti ini yang membuat orang ragu untuk berpisah.

Tips agar Tidak Terus Terjebak Sunk Cost Fallacy:

1. Jangan Mengabaikan Bendera Merah atau Red Flag

Ketika ada tanda-tanda sifat atau perilaku yang tidak baik seperti tidak bisa menghargai pasangan, over protektif, kasar, suka berbohong, manipulatif dsb jangan dianggap sepele karena tidak semua hal bisa selalu dimaklumi dan dimaafkan. 

2. Know Your Worth

Penting memahami nilai yang ada pada diri sendiri, tanamkan bahwa kita pantas untuk didukung dan diterima bukan sebaliknya. Pikirkan hal-hal dalam diri pasangan yang tidak sesuai dengan nilai diri sendiri dan prinsip hidup, pertimbangkan kemungkinan yang terjadi di masa depan jika hal tersebut terus berlanjut!.

3. Mencari Dukungan

Jika sudah terjebak dalam hubungan yang toksik dan susah mengakhiri carilah bantuan, jika dengan teman atau keluarga masih belum bisa menemukan solusi bisa mencoba dengan bantuan profesional yang terpercaya, melakukan konsultasi dan mengikuti terapi akan membantu memberikan motivasi untuk bisa melepaskan hubungan yang tidak sehat.

4. Tetap Berada di Lingkungan Positif

Hubungan yang tidak sehat akan berpengaruh pada kesehatan mental, usahakan tetap memiliki lingkungan atau komunitas yang positif agar energi negatif dari pasangan toksik tidak semakin merusak mental. Jika terlalu sulit untuk bergabung di komunitas offline carilah yang secara online, saat ini banyak di sosial media komunitas online yang bisa saling berbagi hal positif dalam grup.

5. Mencari Kebahagiaan untuk Diri Sendiri

Sibukkan dengan aktivitas yang bisa membahagiakan diri sendiri, mengeksplor hal baru, menjalankan hobi, berolahraga dsb, lama kelamaan hal positif ini akan menjadi kebiasaan baik. Jangan menggantungkan kebahagian hanya kepada pasangan apalagi sampai muncul pemikiran "tidak bisa kalau tidak sama dia" ketergantungan seperti ini akan membuat susah mengakiri hubungan.

Kesimpulan: Seseorang yang memiliki toxic relationship dan masih terus bertahan bisa disebabkan karena terjebak sunk cost fallacy, kesadaran saja tidak cukup membutuhkan tekad kuat dan action nyata untuk bisa terbebas dari hubungan yang tidak sehat ini. Tidak ada kata terlambat demi perubahan dan kesehatan mental yang lebih baik, reminder you're worth!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun