Mohon tunggu...
Timtim Files
Timtim Files Mohon Tunggu... Guru - Fokus Timtim "Si Anak Emas" Orde Baru

Timtim Files adalah WNI yang sedang belajar dan berbagi kisah sejarah dan masa lalu Timor Timur (Timor Leste)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

AITI sebagai Organisasi Cikal Bakal Integrasi Timor Portugis ke NKRI

31 Maret 2023   13:18 Diperbarui: 31 Maret 2023   22:31 1471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar

AITI yang merupakan singkatan dari Associao para Integrao de Timor na Indonesia merupakan organisasi awal atau cikal bakal secara formal modern yang menyatakan dengan tegas keinginannya untuk bergabung dengan Indonesia. Terlalu sedikit pembahasan soal organisasi ini, bahkan seringkali "dilupakan" sehingga sulit ditemukan penjelasan/uraian tentang AITI.

Dalam tulisan ini, dibukalah tabir tentang AITI tersebut.

Menjelang AITI Lahir

Setelah pergantian kekuasaan di Negara induk (Portugis) di April 1974, maka dibulan berikutnya bermunculan organisasi politik untuk melanjutkan masa depan Timor yang sudah dijajah Portugis selama sekitar 500 tahun lamanya. Salah satu yang muncul sebagai kekuatan adalah AITI. Organisai ini terbilang sangat berani dengan memunculkan nama Indonesia di organisasi mereka pasalnya saat itu, Portugis termasuk "alergi" dengan Indonesia. Beberapa alasannya sebagai berikut.

Pertama, Indonesia adalah negara anti kolonial, khususnya begitu terasa setelah terbukti bahwa dampak KAA (konferensi Asia Afrika)  mampu memerdekan banyak negara terjajah benar adanya. Indonesia bisa dikatakan "pentolan KAA". Portugis merasa Indonesia berseberangan dengannya sehingga menjadi semacam ancaman.

Kedua, ancaman itu semakin menjadi-jadi karena pada pemberontakan 1959 di Vikeke Timor Portugis, Indonesia dianggap ikut "campur tangan" karena dari rakyat Timor yang memberontak ternyata ada 12 orang Indonesia.

Ketiga, pernyataan Roeslan Abdulgani yang pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dan Menteri Penerangan pada tahun 1962 menjelaskan bahwa Negara-negara terjajah harus diberikan kemerdekaan. Dalam hal ini, jelas mengajak daerah Timor Portugis ambil peran emansipasi untuk menuju kemerdekaan, sementara itu Tuannya, Portugal sama sekali tidak ada rencana apa-apa untuk Timor.

Oleh karena Portugis adalah kolonialis, maka dia anti segala yang berbau Indonesia, tak ayal nanti nama AITI yang ada unsur jelas nama "Indonesia" menjadi masalah.

AITI dan Penyudahannya

Para pendiri AITI, diantaranya adalah mereka yang memberontak kepada penjajah Portugis tahun 1959. Semangat anti kolonial yang sedang "hot-hot"-nya paska KAA 1955 ada di kepala mereka. Selain mereka, ada pula juga  yang dipenjara penjajah karena melawan Portugis, salah satunya ialah pendiri AITI, yaitu Arnaldo dos Reis Arajo. Mereka bertemu dan bergabung dalam wadah yang sama. Ya, mereka yang berada di AITI identik dengan yang berseberangan dengan penjajah Portugis, bukan kolaborator, bukan mantan pekerja pamong praja-nya Portugis, atau bukan pula yang dekat dengan penjajah.

Dengan kenyataan ini, keinginan bersatunya AITI dengan Indonesia karena kesamaan ideologi, selain soal adat dan budaya yang sama, adalah keniscayaan yang berlaku saat itu. Para tokoh AITI adalah orang yang bersekolah sehingga kajian untuk berintegrasi bukanlah suatu tindakan tergesa-gesa tanpa perhitungan, terlebih adalah "buatan operasi intelejen Indonesia". Keinginan untuk berintegrasi orang Timor ke Indonesia sudah ada sejak lama bahkan sebelum Indonesia merdeka,  terutama melalui tangan Arnaldo dos Reis Arajo (yang ditahun 1976 menjadi gubernur pertama Timor Timur).

Setelah dirasa cukup persiapannya, 3 tokoh AITI yaitu Zeca Araujo, Casimiro Assuncao dan Jose Fernando Osorio Soares akhirnya bertemu Gubernur Timor, Fernando Alves Aldeia. Dalam pertemuan itu, beliau sebagai pelaksana pemerintahan Portugis di Timor, merasa keberatan mencantumkan kata Indonesia dan segera melarangnya. Atas permintaan sang gubernur akhirnya nama AITI diubah. Perubahan ini menjadi syarat agar perkumpulan politik untuk mereka yang ingin berintegrasi dengan Indonesia dapat terdaftar secara resmi. Ya, semua ini dilakaukan agar dapat turut serta dalam referendum yang akan diselenggarakan nanti dalam rangkaian proses dekolonisasi Timor.

AITI diubah menjadi Apodeti yang menjadi pengusung utama dekolonisasi dengan cara referendum, dan rivalnya: Fretilin menolak mentah-mentah ide referendum itu....

Penutup

AITI adalah nama sebuah perkumpulan politik orang Timor yang sedari awal mengusung ide-ide anti kolonial. Dengan kenyataan yang ada, AITI memutuskan untuk bergabung dengan Indonesia. Umur AITI tidak lebih sebulan lamanya (Mei 1974) sebelum kemudian berubah menjadi Apodeti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun