Para pendiri AITI, diantaranya adalah mereka yang memberontak kepada penjajah Portugis tahun 1959. Semangat anti kolonial yang sedang "hot-hot"-nya paska KAA 1955 ada di kepala mereka. Selain mereka, ada pula juga  yang dipenjara penjajah karena melawan Portugis, salah satunya ialah pendiri AITI, yaitu Arnaldo dos Reis Arajo. Mereka bertemu dan bergabung dalam wadah yang sama. Ya, mereka yang berada di AITI identik dengan yang berseberangan dengan penjajah Portugis, bukan kolaborator, bukan mantan pekerja pamong praja-nya Portugis, atau bukan pula yang dekat dengan penjajah.
Dengan kenyataan ini, keinginan bersatunya AITI dengan Indonesia karena kesamaan ideologi, selain soal adat dan budaya yang sama, adalah keniscayaan yang berlaku saat itu. Para tokoh AITI adalah orang yang bersekolah sehingga kajian untuk berintegrasi bukanlah suatu tindakan tergesa-gesa tanpa perhitungan, terlebih adalah "buatan operasi intelejen Indonesia". Keinginan untuk berintegrasi orang Timor ke Indonesia sudah ada sejak lama bahkan sebelum Indonesia merdeka, Â terutama melalui tangan Arnaldo dos Reis Arajo (yang ditahun 1976 menjadi gubernur pertama Timor Timur).
Setelah dirasa cukup persiapannya, 3 tokoh AITI yaitu Zeca Araujo, Casimiro Assuncao dan Jose Fernando Osorio Soares akhirnya bertemu Gubernur Timor, Fernando Alves Aldeia. Dalam pertemuan itu, beliau sebagai pelaksana pemerintahan Portugis di Timor, merasa keberatan mencantumkan kata Indonesia dan segera melarangnya. Atas permintaan sang gubernur akhirnya nama AITI diubah. Perubahan ini menjadi syarat agar perkumpulan politik untuk mereka yang ingin berintegrasi dengan Indonesia dapat terdaftar secara resmi. Ya, semua ini dilakaukan agar dapat turut serta dalam referendum yang akan diselenggarakan nanti dalam rangkaian proses dekolonisasi Timor.
AITI diubah menjadi Apodeti yang menjadi pengusung utama dekolonisasi dengan cara referendum, dan rivalnya: Fretilin menolak mentah-mentah ide referendum itu....
Penutup
AITI adalah nama sebuah perkumpulan politik orang Timor yang sedari awal mengusung ide-ide anti kolonial. Dengan kenyataan yang ada, AITI memutuskan untuk bergabung dengan Indonesia. Umur AITI tidak lebih sebulan lamanya (Mei 1974) sebelum kemudian berubah menjadi Apodeti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H