Part 2 ini adalah lanjutan dari kisah Pak De Narsudi. Berbeda dengan kisah pertama, kali ini pengalaman yang akan diungkapkan ialah terjadi jauh di dalam hutan Timtim.
Selamat membaca!
Kisah Kedua
Masuk "kolam" adalah keharusan bagi setiap prajurit tempur. Saat jaman Orde Baru, Polri (khususnya Brimob) ikut patroli atau melakukan pengejaran musuh hingga ke dalam hutan.
Dalam sebuah penugasan ke dalam hutan, Pak De Narsudi disergap musuh oleh pasukan Falintil dan milisinya. Penyerangan yang mendadak ini benar-benar tidak diprediksi. Perang memanglah berlangsung singkat, namun pengalaman beliau  saat tembak-tembakan membuatnya bingung.
Ketika desingan peluru musuh mengarah ke dirinya, Pak De mencari tempat berlindung sambil menyandang senapannya siap-siap melakukan tembakan balasan. Tiba-tiba saja, dalam jarak sekitar 1 meter, hadir prajurit Brimob lalu berperang bersama-sama menembaki kearah musuh. "Kami berdua kompak menembak sambil fokus ikuti teriakan perintah komandan", tutur Pak De saat bercerita ke Budi yang saat itu masih duduk di bangku sekolah.
Oleh karena dalam situasi genting sambil memuntahkan timah panas berkali-kali, maka obrolan sama sekali tidak terjadi. Hanya beliau paham bahwa yang disampingnya itu adalah teman Brimob yang pernah ikut bareng dalam sebuah pendidikan. Dikira Pak De, temannya itu adalah bantuan dari Pleton lain karena posisi pasukan memang sedang terdesak oleh ambush yang dilakukan musuh.
Segera "pertempuran perjumpaan" yang singkat itu berakhir, pasukan kembali ke tempat aman didalam hutan. Sambil istirahat, curhatan antar prajurit terjadi. Pak De bercerita bahwa saat tadi terjebak dan terdesak lesatan peluru musuh, untungnya bantuan dari Pleton lain hadir, dan diantaranya ialah temannya. Beliau menambahkan bahwa mereka berteman saat dalam satu angkatan pendidikan di Jawa.
Teman curhatnya ini berujar: "ngawur kamu, kita ngak dapat bantuan dari Pleton lain." Prajurit yang senior berpangkat tinggi berkata: "ada-ada aja kamu, udah-udah istirahat sana. Yang jaga, wajib waspada jangan sampai tidur!." Pak De tertegun, dan memilih masuk bivak untuk selonjoran mumpung belum kebagian dapat jatah jaga.
Demikian kisah kedua. Terima kasih pembaca budiman sudah menyimak. Silahkan ikuti kisah terakhir pada kisah ketiga yang lebih keren lagi !