Mohon tunggu...
T I M Tarigan
T I M Tarigan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Victory Loves Preparation..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Penerbangan dengan "Btv" yang Menyebalkan..!!

9 November 2010   00:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:45 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Setelah beberapa hari di Jakarta dalam rangka urusan pekerjaan, menjelang akhir pekan lalu, saya hendak pulang ke Medan. Karena masih ada yang harus dikerjakan pada pagi hingga siang harinya, saya memilih penerbangan sore hari. Menurut staf yang biasa mengurus perjalanan saya, penerbangan yang pas dengan jadwal adalah dengan menggunakan penerbangan “Btv” yaitu pukul 18:00.

 

Karena belum pernah menumpang penerbangan ini, saya terlebih dahulu menanyakan jenis pesawat yang digunakan, mesin pesawat lengkap atau tidak dan apakah pilotnya tahu persis rute Jakarta – Medan (saya bertanya serius dan tidak bermaksud bercanda). Staf saya menginformasikan bahwa penerbangan ini menggunakan pesawat jenis A-320, mesinnya dikabarkan lengkap dan pilotnya, konon, belum pernah nyasar dalam rute Jakarta – Medan. Dan terhitung tanggal 10-10-2010 menggunakan terminal 1C, Bandara Soekarno – Hatta.

 

Walau sebenarnya ragu, saya menyetujui menggunakan penerbangan ini karena sesuai dengan jadwal urusan di Jakarta selesai.

 

Sekitar pukul 15.25 saya memasuki terminal 1C dengan harapan bisa istirahat sambil minum bir plus secangkir kopi di salah satu lounge yang biasanya terdapat di Bandara, menunggu pesawat yang akan ditumpangi berangkat. Tiket sudah di-check in-kan oleh staf pada siang harinya dan saya mendapat seat no 2F dan boarding pada Gate C6

 

Harapan saya meleset, karena masih baru pindah ke terminal 1C, belum ada fasilitas lounge. Yang ada hanya beberapa toko pakaian, toko parfum dan pijat refleksi.

 

Karena tidak sesuai dengan harapan, setelah berkeliling sebentar, saya memasuki ruang tunggu C6. Di ruangan ini sudah penuh dengan penumpang ke berbagai jurusan. Dan banyak penumpang bergerombol di depan meja petugas.

 

Saya lalu duduk di salah satu tempat duduk yang tersedia. Disamping tempat saya duduk, ada seorang ibu dan putranya yang menunggu dengan wajah sedih sambil tak henti-hentinya menelepon dengan telepon selular miliknya. Pada pukul 16:30, terdengar pengumuman bahwa pesawat jurusan ke Surabaya yang dijadwalkan pukul 17:25 ditunda selama 45 menit. Si ibu dan anaknya terlihat lesu. Saya juga was-was dengan jadwal penerbangan ke Medan. Kemudian saya dekati meja petugas, dan saya tanyakan dengan penerbangan ke Medan, apakah sesuai jadwal atau tidak. Dengan anteng si petugas menjawab akan ada keterlambatan lebih kurang 30 menit. Rasa jengkel saya mulai muncul tapi masih bisa ditahan. Saya kembali ke tempat duduk semula.

 

Si ibu bertanya kepada saya, apakah hendak ke Surabaya juga, saya menjawab tujuan saya ke Medan. Ibu tersebut bercerita bahwa dia mendadak harus ke Surabaya karena Ibu kandungnya meninggal dunia dan akan dimakamkan hari itu juga. Pemakaman tinggal menunggu kedatangan si Ibu tersebut, karena keluarga yang lain sudah datang semuanya. Itu sebabnya keluarganya di Surabaya tak henti-hentinya menelepon menanyakan keberadaannya mengingat hari sudah sore. Si ibu juga bercerita karena menjelang akhir pekan, semua penerbangan penuh, dan dia hanya mendapatkan penerbangan “Btv” ini saja. Ternyata si ibu ini juga seperti saya, belum pernah menggunakan jasa penerbangan ini.

 

Pukul 18:00, belum ada tanda-tanda untuk boarding bagi penumpang jurusan Surabaya. Yang ada malah pengumuman bahwa penerbangan ke Medan ditunda menjadi pukul 19:30 dengan alasan pesawat yang akan digunakan masih di Denpasar. Semprul! Itu berarti penundaan 1 jam 30 menit.

 

Dan si ibu tak henti-hentinya menerima telepon, dan berulang kali menjelaskan kepada sipenelepon bahwa penerbangannya ditunda. Putra si ibu, mulai kehilangan kesabaran, karena tidak ada penjelasan dari petugas tentang kepastian keberangkatan. Putra si ibu mendapat keterangan dari petugas bahwa pesawat dalam persiapan. Paling sekitar 20 menit lagi berangkat.

 

Pukul 18:30, lalu dibagikan roti dan air mineral. Saya tidak berselera untuk menyentuhnya, walau putra si ibu berbaik hati mengambilkannya untuk saya. Lalu ada pengumuman bahwa penerbangan ke Surabaya ditunda lagi karena RI-1 berada di VIP Room dan hendak menumpang pesawat Garuda, jadi Pertamina memprioritaskan mengisi bahan bakar ke pesawat tersebut. Spontan banyak penumpang marah, karena alasan yang terlalu dibuat-buat, bahkan ada seorang bapak mengatakan RI-1 selalu menggunakan Bandara Halim Perdanakusumah, bukan Bandara Soetta,

 

Pukul 19:00, semakin banyak penumpang bergerombol di depan counter petugas. Saya yang mulai kehilangan kesabaran juga mendekati counter petugas. Saya bertanya baik-baik, bagaimana dengan penerbangan ke Medan, sang petugas mengatakan dalam persiapan.

 

Bosan dengan jawaban tersebut saya bentak petugas tersebut dan mengatakan sesuai peraturan Kementerian Perhubungan, untuk mentransfer penumpang ke pesawat lain bila mereka tidak dapat memberangkatkan penumpang setelah lebih 90 menit tertunda. Banyak penumpang yang menjadi pendukung saya. Bahkan ada yang minta disediakan makan malam.

 

Menjelang pukul 19:15, saya mengatakan kepada petugas, bila benar pesawat diberangkatkan pukul 19:30, seharusnya sekarang sudah boarding. Saya terus mencecar sambil memukul meja (tidak untuk ditiru!) si petugas yang memang kelihatan kebingungan tidak tahu berbuat apa-apa lagi. Yang bisa dilakukannya hanya menghubungi entah siapa dengan handy talky-nya meminta kepastian pesawat jurusan ke Medan sudah dapat diberangkatkan atau belum.

 

Entah karena merasa terdesak atau kebetulan, tiba-tiba si petugas mengumumkan bahwa penumpang jurusan Medan dipersilahkan naik melalui Gate C5, spontan penumpang jurusan Surabaya marah-marah, karena merasa seharusnya merekalah yang didahulukan untuk berangkat. Suasanapun menjadi gaduh.

 

Dengan perasaan sedikit lega, saya menuju ke Gate C5, tetapi saya tiba-tiba teringat dengan si ibu yang sedang ditunggu kedatangannya sebelum pemakaman orang tuanya di Surabaya. Saya berjalan kembali menuju ke tempat duduknya, menyalaminya dan menyatakan turut berduka cita serta berharap semoga bisa tiba di Surabaya secepatnya dan sempat memberi penghormatan terakhir kepada sang ibunda sebelum dimakamkan.

 

Ketika telah duduk di dalam pesawat, saya merasa bersalah juga, kenapa tidak mencoba memaksa si petugas di counter tadi untuk memberangkatkan terlebih dahulu penumpang jurusan ke Surabaya, sehingga si ibu bisa lebih cepat tiba disana. Bukan bermaksud apa-apa, seharusnya penumpang yang mempunyai kepentingan seperti si ibu harus mendapat prioritas dengan tidak bermaksud mengesampingkan keperluan penumpang lainnya.

 

Saya tahu, bukan dalam kapasitas saya dapat menekan untuk menentukan tujuan keberangkatan pesawat, tapi sebenarnya tidak ada salahnya mencoba. Berhasil atau tidak, itu urusan belakangan.

 

Harapan saya, kiranya pemilik, direksi dan manajemen perusahaan penerbangan ini, pada masa yang akan datang untuk dapat lebih bertanggung jawab dalam menjalankan kewajibannya sebagai penyedia jasa penerbangan.

 

Tempatkanlah petugas yang capable dan berilah informasi yang benar dan jelas kepada penumpang, sehingga tidak perlu terjadi keributan dan kegaduhan di Bandara. Jangan karena jenis penerbangan ini low cost hak-hak penumpang menjadi terabaikan.

 

Untuk Ibu dan putranya, yang belum sempat saya ketahui namanya, sekali lagi saya menyatakan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya sang ibunda tercinta. Dan semoga masih sempat memberikan penghormatan terakhir kepada beliau sebelum dimakamkan. Saya bisa merasakan bagaimana berkecamuknya perasaan ibu saat itu.

 

Kiranya di masa mendatang, seluruh perusahaan penerbangan di Indonesia, baik domestic maupun internationaldapat lebih meningkatkan pelayanan, penjadwalan penerbangan dan menempatkan hak penumpang di atas segala-galanya.

 

*foto diambil dari: kompas.com

 

Catatan: Terimakasih untuk seorang teman yang telah bersedia memberikan masukan sebelum tulisan ini dipublish.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun