Dari dulu hingga sekarang, saya paling tidak suka sama yang namanya macet! Eh, tapi kayaknya semua orang begitu sih ya haha. Bawaannya ingin cepat sampai tujuan, atau mau banget tuh sama yang namanya 'pintu ke mana aja' biar langsung cusss sampai. Tapi yang namanya kalau sudah kena macet ya mau bagaimana lagi, harus diikutin saja sampai kelar hehe.
Malas bawa mobil sendiri karena macet
Macet itu jadi salah satu alasan saya malas mengendarai mobil sendiri. Makanya sudah cukup lama sih saya meninggalkan mobil saya di garasi rumah, dan memakai alternatif transportasi yang ada saat ini. Coba bayangin saja ya, misalnya saya pergi di pagi hari dengan membawa mobil melalui jalan tol, itu kalau sudah telat sedikit alias agak siang ya, macetnya bisa dimulai setelah dari gerbang tol. Dan saya harus dengan bersabar mengikuti arus mobil sampai saya keluar tolnya. Makanya dulu kalau saya harus berangkat pagi, saya selalu menyiapkan waktu ekstra untuk antisipasi macet.
Tentunya selain lewat jalanan tol, biasanya saya juga suka cari jalur alternatif non-tol yang terkadang bukan jalanan utama, berarti bisa saja ini jalanan sempit yang cukup dilewati 2 mobil saja. Karena ini jalanan sempit, berarti kita harus ekstra pelan biar tidak saling bersentuhan spion mobilnya. Oh, apalagi kalau si jalur alternatif itu hanya bisa dilewatin sama 1 mobil saja? Ya sudah, berharap dengan kesabaran dan kebaikan orang, kita pengendara mobil harus bisa saling bergantian deh.
Lalu biasanya kalau lagi macet bisa apa saja di dalam mobil?
Dulu kalau biasanya sampai macet banget ya, saya tuh bisa saja sambil menghabiskan bekal makanan yang saya bawa dari rumah. Selain itu, bahkan saya bisa sambil bersih-bersih mobil di bagian depan, sortir bon-bon yang saya taruh di samping mobil, dan tentunya bisa sambil karaoke di dalam mobil! Terima kasih banget deh sama lagu-lagu di radio yang asyik-asyik plus radio announcer yang lucu-lucu.Â
Tuh saking macetnya banyak yang bisa dilakukan di dalam mobil kan haha.
Malas bawa mobil sendiri karena malas dengan parkirnya
Dulu kalau pas weekend dan mau hang out sama teman-teman, saya biasanya bawa mobil dari rumah ke mall tujuan. Oke tidak perlu dibahas kondisi jalanan saat weekend ya, apalagi saya dari daerah suburban menuju mall di kota Jakarta hehe.
Mall tentunya sudah menjadi salah satu tempat hiburan bagi siapa aja, apalagi pas weekend, mall bisa jadi tempat kumpul-kumpul bareng keluarga, atau sekedar makan siang dan menonton film. Saya pun demikian, juga suka ke mall. Namun yang paling saya tidak suka saat ke mall di hari weekend adalah mencari parkirnya. Apalagi saat buru-buru mau mengejar jam menonton film, ini mencari parkirnya membuat jantung deg-degan dan pasrah apabila telat filmnya. Mall dengan tempat parkir luas sampai 3 lantai ke bawah -- alias basement -- saja bisa sampai full lho saat weekend, bahkan jasa valet saja sampai tidak menerima mobil lagi. Berarti berapa banyak orang yang memakai mobil untuk pergi ke mall?
Solusi malas parkir dengan RideSharing
Akhirnya sejak saya tahu ada yang namanya RideSharing saya langsung on-board saja dan mulai memakainya. Sebenarnya saya dulu termasuk yang telat untuk mencoba sistem RideSharing ini, karena masih belum paham caranya bagaimana bisa begitu. Tapi setelah saya paham, langsung deh, saya pelan-pelan mengubah kebiasaan saya yang awalnya suka naik mobil sendiri menjadi memilih RideSharing ini.
Kita sudah paham lah ya, istilah RideSharing itu apa. RideSharing ini mungkin bisa juga kita analogikan dengan menumpang mobil orang lain, dan kita membayar si orang lain ini dengan tarif yang sudah ditentukan. Dan salah satu contoh dari RideSharing adalah Uber.
Seperti yang sudah kita ketahui, Uber itu hanyalah sebuah aplikasi, tepatnya aplikasi RideSharing, yang sudah tersedia di Google Playstore dan Apple Store, dan bisa kita akses di smartphone. Dan dengan aplikasi inilah, Uber mengkoneksikan saya - sebagai orang yang mencari 'tumpangan' - dengan orang yang memberikan 'tumpangan'. Tentunya dibalik aplikasi itu ada algoritma dan perhitungan yang bisa mengkalkulasi harganya.
Unlocking the cities dengan RideSharing
Sebenarnya benefit dari RideSharing tuh tidak hanya tentang parkir saja sih, tapi ke hal yang lebih besar lagi. Semakin banyak orang yang RideSharing, tentunya diharapkan semakin sedikit orang-orang yang membawa mobil pribadi sendiri. Saya saja dulu kalau bawa mobil dari rumah ke kantor atau ke mall itu berarti hanya seorang diri saja ya. Orang lain pun banyak juga yang demikian, makanya mobil yang 'tumpah' ke jalanan jadi banyak, ya.Â
Kalau semakin sedikit orang-orang yang membawa mobil pribadi sendiri, maka diharapkan pelan-pelan bisa mengurangi kemacetan di daerah perkotaan. Memang sih kalau kita perhatikan, infrastruktur seperti jalan, akhir-akhir ini lagi gencar-gencarnya dibangun, dengan salah satu tujuannya adalah untuk memberikan solusi dari kemacetan. Tapi tentunya pertumbuhan jalan tidak sebanding dengan pertumbuhan mobil, bener tidak?
Tentunya RideSharing ini hanyalah salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan, selain tentunya dengan menggunakan transportasi umum, ya. Â Tapi yang terpenting adalah apakah kita mau mengubah kebiasaan kita untuk mulai menggunakan RideSharing dan transportasi umum untuk #UnlockJakarta dan kota - kota lain dari kemacetan?
(sebagian besar foto diambil dari video Boxes Uber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H