Mohon tunggu...
Timotius Cong
Timotius Cong Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Penginjil

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mampukah Bersukacita Menuruti Rasul Paulus di Pandemi Covid-19?

26 April 2020   11:22 Diperbarui: 26 April 2020   18:04 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah anda, perkataan Paulus agar senantiasa bersukacita bukan berarti setiap keadaan harus  tertawa dan bersorak-sorai? Misalnya, saat bangkrut, gagal, dan sakit kita tidak boleh sedih dan menangis. Paulus justru mengajarkan, saat sedih harus sedih, saat sukacita harus bersukacita, "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis (Roma 12:15)."

Tuhan Yesus juga menangis dan bersedih saat Lazarus mati. Paulus sendiri juga pernah menangis. Hal itu diungkapkan oleh Paulus, "Dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata...(Kis. 20:19)."

Perlu anda ketahui, tidak semua sukacita adalah baik. Ada sukacita yang tidak berkenan kepada Tuhan. Jika sukacita tersebut, di bangun di atas dasar dosa, seperti kemarahan Tuhan atas orang Israel, "Janganlah bersukacita, hai Israel! Janganlah bersorak-sorak seperti bangsa-bangsa! Sebab engkau telah berzinah dengan meninggalkan Allahmu (Hosea 9:1)." Lebih keliru lagi, saat kita bersukacita atas kejatuhan orang lain, "Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok (Amsal 24:17). Bahkan sekalipun kelihatan rohani, di mana dalam pelayanan, kita pernah menaklukkan roh jahat. Sebagai manusia kita pasti bersukacita dan bangga. Tuhan Yesus langsung mengingatkan: "Janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar disorga (Lukas 10:20).

Jelaslah, tidak semua sukacita adalah baik dimata Tuhan. Demikian juga, tidak semua tangisan dan kesedihan adalah tanda tidak rohani. Yang penting adalah kita bisa menempatkannya pada tempat dan waktu yang tepat, keduanya mempunyai dampak yang baik.

Bahkan Alkitab mengatakan bahwa, sukacita tidak bisa dipisahkan dari kesedihan dan air mata. Apa maksudnya? Maksudnya adalah sukacita justru dihasilkan dari kesedihan. Hal tersebut, bisa kita temukan di Mazmur, yang berkata, "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya (Mazmur 126:5-6)." 

Jadi sukacita tidak bisa dipisahkan dengan air mata dan kesedihan. Hal itulah, mengapa kita sulit bersukacita? karena kita sering melarikan diri atau menutup kesedihan dan airmata. Padahal sukacita yang sejati adalah hasil dari kesedihan dan airmata.

inilah yang akan kita pelajari, bagaimana mengelola kesedihan dan airmata menjadi sukacita? Agar kita bisa melihat bahwa kesedihan yang sedang kita alami adalah anugerah Allah untuk menolong kita menikmati sukacita-Nya.

1. Ditengah Kesedihan Lihatlah Kasih Setia Tuhan.

Pemazmur berkata:"Kenyangkanlah kami diwaktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami (Mazmur 90:14)."

Apa yang bisa kita lihat di tengah krisis ekonomi dan Pandemic Covid-19 saat ini? Kita bisa melihat bahwa, Tuhan masih memberikan antibodi kepada kita, bukankah anugerah ini melebihi uang? Selain itu, kita masih diberikan udara gratis. Tentu yang paling berharga adalah anugerah keselamatan yang sudah diberikan kepada orang yang percaya kepada Kristus.Jikalau kita bisa melihat Kasih Setia Tuhan ditengah kesedihan ini. Kesedihan kita akan diubah menjadi sukacita, sehingga kita bisa tetap bersukacita seperti apa yang dikehendaki Paulus.

2. Didalam Kesedihan Lihatlah Kesulitan yang kita Alami Sebagai Hak Istimewa yang Tuhan Berikan Kepada Kita Untuk Mengalami Penderitaan, karena Tuhan Sedang Menyediakan Sukacita Besar Bagi Kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun