Manusia zaman sekarang cenderung untuk mudah mengomentari seseorang tanpa memikirkan peristiwa yang akan terjadi jangka panjang. Pikiran pun telah terdahului olah perkataan sehingga apapun yang terjadi akan di pikirkan terakhir. Hampir semua kalangan masyarakat dari anak-anak hingga bapak-bapak maupun ibu-ibu mudah berkomentar, mengkritik mengenai seseorang dari pada melihat apa yang terjadi pada dirinya sendiri.
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi pun diciptakan semakin canggih untuk mempermudah setiap aktivitas manusia. Namun walaupun masa semakin maju di depan, tidak semua pikiran maupun logika manusia yang semuanya bergerak maju kedepan. Itulah yang terjadi sekarang ini pada media sosial.
Media sosial atau yang biasa disebut MedSos oleh kalangan milenial, menjadi wadah untuk setiap orang berekspresi. Mengungkapkan ekspresi merupakan hal yang baik jika dengan cara yang benar namun akan berakibat buruk jika disampaikan dengan tidak baik. Itulah yang terjadi di negara kita sekarang ini.
Orang-orang menggunakan MedSos sebagai tempat untuk meluapkan emosinya melalui status yang seseorang post di kolom status. Ketika sesorang meluapkan emosi, mengeluh akan apa yang terjadi pada hari itu atau setiap hari meluapkan perasaan negatifnya dalam status, pasti dalam pikiran orang itu dialah sosok manuasia yang paling merana dengan masalah yang terberat yang pernah ada.
Pikiran tersebut menginginkan belas kasihan kepada para pembaca status tersebut. Namun akan terjadi sebaliknya, orang-orang yang membaca status tersebut akan berpikiran dan menganggap orang ini seakan "di cap" sebagai orang yang kurang mengucap syukur dan orang-orang pun akan lebih mudah menjudge seseorang sesuai dengan pandangan pembaca.
Memang manusia di desain sedemikian rupa, ada orang yang introvert dan juga extrovert. Sebagai orang introvert memang sulit untuk berhubungan dengan seseorang dan lebih menginginkan untuk menyimpan masalah-masalah pada hatinya, namun tanpa disadari masalah-masalah itu pun akan bertumpuk hingga sulit digapai lagi.
Sehingga tidak biasa lagi seseorang mudah meluapkan emosinya secara tiba-tiba, oleh karena itu, beberapa dari orang tipe seperti ini menyalurkan emosinya dalam sebuah status, namun alangkah lebih baiknya kita memiliki orang kepercayaan sebagai tempat kita mencurahkan emosi kita, curhat atau bertukar pikiran sehingga emosi kita pun akan mudah terkendali dan kejadian yang tak diduga tak terjadi.
Melalui ketikan, seluruh orang dapat terpengaruhi. Bayangkan, jika orang tersebut mengubah kata-kata keluhannya menjadi status yang dipenuhi dengan kata-kata yang baik, maka para pembaca pun akan mendapatkan kebahagiaan yang disampaikan dari status tersebut.
Balik lagi dengan kebebasan berkomentar di SosMed. Orang Indonesia atau yang sering kita kenal sebagai para Netizen. Netizen Indonesia memang sudah dikenal sebagai orang-orang yang mudah berkomentar. Â Kencenderungan berkomentar membuat kualitas pikiran orang Indonesia menurun.Â
Ada sebuah pernyataan "diam itu emas". Ada kalanya orang itu harus diam, ada kalanya juga orang untuk bersuara. Tidak semua hal yang ada harus kita komentari, biarkan apa yang menjadi masalah orang tersebut diselesaikan oleh dirinya sendiri, dari pada kita ikut campur dengan hanya berkomentar negatif yang benar-benar tidak memberikan solusi sama sekali. Berkomentarlah dengan bijak, selesaikanlah dahulu apa yang menjadi masalah dalam diri kita sendiri sebelum kita menghakimi seseorang. Janganlah menjadi seorang yang sok pintar, menjadi sosok malaikat dalam sebuah postingan di SosMed, berlaku diam itulah yang terbaik.
Ketikan bukanlah hanya sebuah kata,