Mohon tunggu...
Timothy Ethelbert
Timothy Ethelbert Mohon Tunggu... Wiraswasta - A Passionate Human Resource Specialist in Training, Development and Recruitment

* Born in Jakarta, 30 September 1994 * Certified Public Speaker (CPS) by OHR * Certified Trainer (CT) by OHR * Associate Trainer of Motivator Academy

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Indonesia, Ayo Sadar!

18 Juni 2018   18:59 Diperbarui: 19 Juni 2018   09:47 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan ideologi Pancasila dan mengacu pada UUD 1945. Suatu bangsa yang besar dan beragam yang terdiri dari beragam suku, budaya, bahasa dan agama. Keragaman yang terjadi di Indonesia adalah suatu asset tak ternilai yang tidak akan mungkin dinilai oleh bangsa lain. Dengan populasi sekitar 270 juta jiwa, membuat Indonesia sebagai negara dengan kepadatan penduduk nomor 4 di dunia. Satu hal yang tak terlupakan dan tidak bisa di sangkal lagi Indonesia merupakan negara dengan penduduk beragama muslim terbesar di dunia dengan sekitar 200 juta jiwa lebih (Versi Wikipedia 2018). 

"Bhinneka Tunggal Ika" - Berbeda-beda namun tetap satu. Motto yang sangat amat luar biasa ini cukup mengguncang dunia. Menyatukan hal yang beragam bukan hal yang mudah. Hal yang unik adalah keberagaman justru tidak menjadi hambatan bagi para pendiri negara ini untuk membangun suatu bangsa yang kuat, besar dan berjaya di mata bangsa-bangsa. Mereka memaksimalkan potensi dari keragaman menjadi suatu kekuatan baru untuk melawan penjajahan.

Keberagaman yang seharusnya menjadi kekuatan dan kelebihan kita saat ini justru menjadi 'alasan' bagi beberapa kelompok yang sulit menerima perbedaan dan memiliki keinginan pribadi. Sulitnya menerima keragaman yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini menjadi 'penyakit' yang bisa saja membawa Indonesia di ambang keruntuhan. Wakil presiden pertama Indonesia yaitu Pak Mohammad Hatta pernah berkata,"Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta".

Secara pribadi saya mengidolakan 2 tokoh yang saat ini sangat di sorot menjelang pemilihan kepala negara pada 2019 nanti. Pak Jokowi yang saat ini merupakan presiden NKRI ke 7 datang ke dunia politik dari sektor pengusaha dan rakyat jelata biasa. Beliau mencoba berkarya bagi Indonesia dari pendekatan personal yang dilakukan langsung kepada rakyat. 

Di satu sisi Pak Prabowo adalah seorang ketua umum partai yang cukup besar dan beliau datang dari sektor militer. Segudang prestasi dan penghargaan pun sudah beliau dapatkan semenjak menjabat di militer dan keinginan beliau untuk membangun bangsa ini agar tidak dikuasai asing pun adalah hal yang tidak bisa kita anggap remeh.

jakartaglobe.id
jakartaglobe.id
Seringkali banyak pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab justru menggunakan keragaman yang ada di Indonesia menjadi kesempatan untuk memecah bangsa ini terutama melalui 2 tokoh yang saya idolakan ini yaitu Pak Jokowi dan Pak Prabowo. 

Banyak pertanyaan yang muncul dalam benak saya saat menulis artikel ini yang ditujukan kepada kaum ekstrimis yang mencoba memecah NKRI, 

Tidakkah anda tau bahwa keragaman adalah hal indah?
Tidakkah anda tau bahwa keragaman adalah hal menakjubkan?
Tidakkah anda sadar bahwa keragaman adalah identitas bangsa Indonesia?
Tidakkah anda sadar bahwa keragaman adalah senjata terkuat kita menghadapi negara lain?
Tidakkah anda sadar bahwa saat anda lahir, dokter dan perawat yang membantu kelahiran anda mungkin saja dari agama berbeda?
Tidakkah anda sadar perbuatan anda MERUSAK "KEPRIBADIAN" bangsa yang besar ini??

Satu hal penting yang saya mau katakan, keragaman adalah hal yang indah di saat kita bisa membuka diri dan bertoleransi.

Tiga hal penting yang ingin saya bagikan kepada seluruh rakyat Indonesia yang membaca artikel ini :

1. Mari 'Mengkritik' bukan 'Mencela'
Mengkritik dan mencela adalah 2 hal yang sangat berbeda. Saat anda mengkritik artinya anda tidak menyetujui dan tidak sepakat pada 1 atau 2 hal namun anda mencoba memberi solusi yang dirasa lebih baik dan membangun. Sedangkan mencela artinya anda tidak menyetujui dan tidak sepakat akan suatu hal namun anda men'cibir' dan tidak memberi solusi sedikitpun atas hal yang tidak anda setujui. Mengkritik bersifat membangun dan mencela bersifat menghancurkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun