Mohon tunggu...
Timoteus Setyo
Timoteus Setyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis muda yang minim pengalaman menulis indah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penipuan atau Bukan? Penjualan Voucer Kepedulian

22 Januari 2015   04:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:38 2258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, Rabu 21/01/2015 bertempat di salah satu halaman pasar swalayan kota Yogyakarta, berlangsung suatu transaksi antara agen-agen yang mengaku berasal dari universitas Trisakti Jakarta dengan konsumen yang baru saja selesai berbelanja. Mereka menawarkan sebuah voucher kepedulian sosial untuk orang-orang penderita penyakit Lupus (identifikasi penyakit tidak terlalu jelas diterangkan dalam brosur). Dengan harga voucher yaitu Rp. 100.000, yang nantinya akan disumbangkan kepada Yayasan Lupus Indonesia.

[caption id="attachment_347400" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar. Tampilan depan voucher yang ditawarkan"][/caption]

(Tertulis Yayasan Lupus Indonesia, Rp. 10.000 dari hasil penjualan voucher akan disumbangkan untuk Yayasan)

Tidak ada yang salah ketika terjadi obrolan singkat mengenai sosialisasi penyakit Lupus tersebut, terdapat usaha yang sedikit tergesa-gesa dan penjelasan yang sangat singkat tentang penyakit tersebut (jika memang tujuan utamanya adalah sosialisasi maka penjelasan akan panjang lebar dan benar-benar jelas). Dalam penawaran yang dilakukan, lebih ditekankan kepada penawaran pihak-pihak sponsor yang memberikan voucher potongan harga. Voucher yang dibeli dapat dibawa pulang atau diserahkan kembali kepada agen dengan penjelasan bahwa pihak sponsor akan memberikan sumbangan sebesar Rp. 50.000 bila pembeli tidak mengambil voucher.

[caption id="attachment_347402" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar. Tampilan pihak sponsor dan voucher potongan harga"]

142184811561558107
142184811561558107
[/caption]

Kecurigaan muncul mulai dari awal ketika melihat voucher yang sama sekali tidak ada nama universitas Trisakti tercantum dalam voucher berharga seratus ribu tersebut. Padahal, setiap mengadakan acara mengatasnamakan sebuah lembaga harus memiliki ijin dan setidaknya mencantumkan logo lembaga tersebut dalam voucher (dalam hal ini biasanya lebih mirip proposal). Penyelidikan berlanjut ketika menyelidiki kegiatan kampus universitas dengan mencari website Badan Eksekutif Mahasisa, namun tidak dapat ditemukan adanya kegiatan tersebut. Pengecekan informasi dari logo-logo yang ada dalam voucher juga tidak membawakan hasil yang positif akan kebenaran kegiatan ini.

[caption id="attachment_347403" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar. Penjelasan penyakit yang tidak terlalu rinci yang selebihnya menjelaskan sejarah yayasan"]

14218488951964143413
14218488951964143413
[/caption]

Bagi para Kompasianer yang membaca artikel ini dan mungkin salah seorang mahasiswa universitas yang diaku-akui oleh para agen, sebaiknya hati-hati dan mengambil keputusan yang bijak terkait kecurigaan ini. Semoga dengan adanya informasi ini, dapat menambah pengalaman. Namun bila Kompasianer ingin membantu atau menyumbang, sebaiknya datang langsung ke yayasan atau lembaga yang resmi dan terdaftar. Jangan berhenti berbuat kebaikan, namun tetap berhati-hati terhadap pihak yang menyalahgunakan kebaikan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun