Mohon tunggu...
Sony Kusumo
Sony Kusumo Mohon Tunggu... Insinyur - Menuju Indonesia Surplus

Sony Kusumo merupakan pengusaha yang peduli dengan kemajuan bangsa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Merawat Persatuan dari Museum Tionghoa Soekaboemi

29 Juli 2024   20:38 Diperbarui: 29 Juli 2024   21:43 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Siti Fatimah/detikJabar)

Tak cuma vihara, pesona pecinan semakin melekat disini karena terdapat Museum Tionghoa Soekaboemi. Museum berlokasi di Jalan Pajagalan, Nyomplong, Kecamatan Waru doyong, Sukabumi.

Museum ini didirikan oleh lima sekawan pecinta sejarah sekaligus kolektor barang antik. Mereka adalah Satrio Hukin, Budi Hukin, Irman Sufi, Yudi Julianto dan Vidi Jensen.

Museum ini terdiri atas empat lantai. Masing-masing lantai memiliki konsep yang berbeda.

Lantai dasar berisi koleksi sejarah Tionghoa. Bahkan ada lukisan tembok yang berkisah tentang kedatangan Tionghoa ke Pulau Jawa.

Di lantai itu juga berisi barang antik tempo dulu  hingga fasilitas area untuk berswafoto. Di lantai kedua terdapat koleksi uang kuno, pakaian tempo dulu, termasuk model ruang tamu, ruang ibadah, dan peralatan rumah tangga kuno.

Di lantai ketiga berisi arsip dan dokumen soal sejarah Kota plus Kabupaten Sukabumi. Sementara di lantai terakhir ada peralatan perang dan kostum zaman perang perjuangan kemerdekaan.

Diperkirakan total koleksi disini mencapai 1.000 barang bersejarah. Beragamnya koleksi museum ini, membuat semua kalangan masyarakat tertarik untuk mengenal, tanpa melihat perbedaan suku, agama dan ras.

Untuk mengunjungi Museum Tionghoa Soekaboemi masyarakat dikenakan tarif Rp 5 ribu per orang. Museum dibuka setiap hari kecuali Jumat, mulai pukul 09.00 WIB - 16.30 WIB.

Menengok sejarah masa lalu memang mengasyikkan. Kita serasa dibawa dan merasakan sensasi berada di situasi masa lalu.

Bahkan dari situ kita diajak untuk belajar agar bisa berempati dan bertoleransi atas setiap perbedaan yang ada. Kita tak perlu meributkan perbedaan ras, suku dan agama di masyarakat, tengok saja cerita nenek moyang yang saling bergotong royong demi kemajuan bersama.

Mari kita belajar untuk terus memupuk serta merawat persatuan Indonesia dari Museum Tionghoa Soekaboemi. Agar kehidupan Indonesia yang harmonis tetap lestari hingga berlanjut ke generasi-generasi berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun