Menariknya lagi, Kerajaan Sriwijaya ternyata memiliki relasi kuat dengan Tiongkok dalam perdagangan. Banyak pedagang Tiongkok yang datang, bahkan orang India pun tinggal di Sriwijaya dan berperan penting dalam perdagangan.
Fa Hien di Kerajaan Tarumanegara
Di mata Fa Hien, Tarumanegara adalah kerajaan kecil dengan raja yang bertahta di ibu kota. Sama seperti Sriwijaya, Kerajaan Tarumanegara pun digambarkan sebagai kerajaan yang melekat dengan kehidupan agama Buddha sebab banyak biara dan biksu Buddha.
Selain itu, bangsawan dan para raja pun mengikuti ajaran Buddha. Tak lupa Fa Hien juga mengunjungi Biara Cibuaya dan Biara Batu Tulis.
Sayangnya kondisi penduduk di Tarumanegara berbanding terbalik dengan Sriwijaya. Sebab banyak masyarakat Tarumanegara yang masih banyak mengalami ketidakadilan dan kesengsaraan.
Orang miskin juga terpaksa bekerja sebagai budak dan terusir dari tanah mereka karena utang. Fa Hien juga menangkap adanya jurang kesenjangan sosial yang dalam.
Pasalnya orang-orang kaya malah terbiasa mengadakan perayaan dan konser musik yang mewah. Padahal masih banyak warganya yang miskin.
Catatan penjelajah Tiongkok bermarga Kung ini, memang tidaklah banyak. Namun sangat penting diketahui oleh kita sebagai penerus bangsa.
Pasalnya lewat catatan itu kita tahu, bagaimana kehidupan leluhur Indonesia. Misalnya soal kesenjangan sosial yang kerap masih menjadi persoalan pelik hingga saat ini.
Dan bahkan tentang keharmonisan lintas etnis yang telah tercipta sejak dulu kala. Sehingga kita sebagai generasi bangsa bisa belajar, sikap apa yang perlu terus dipupuk dan tidak.
Disamping itu pula, cuplikan kisah sejarah ini menjadi amat penting bila kita berkaca pada kata-kata Bung Karno. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak melupakan sejarahnya. Jangan sekali-kali melupakan sejarah".
Oleh Sony Kusumo