Dalam jangka dua tahun lagi, masa bakti Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan segera berakhir. Dalam periode kedua kepemimpinannya Presiden Jokowi terus membawa perubahan bagi bangsa Indonesia.
Perlahan tapi pasti, Indonesia sejak Maret 2020, month to month country trade surplus walaupun di tengah gempuran pandemi Covid-19.
Agenda Besar strategis bangsa yang dicanangkan pemerintah (penciptaan lapangan kerja , pengurangan impor (menghemat devisa) dan peningkatan ekspor/nilai ekspor (mendatangkan devisa) dijalankan dengan konsisten oleh Pemerintahan Presiden Jokowi.
Dengan menerbitkan undang undang Omnibus Law pada November 2020 dan Perpres No 12 tahun 2021 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah dan BUMN diwajibkan mengunakan barang atau jasa dalam negeri yang sudah memiliki standar tingkat komponen dalam negeri (TKDN + BMP minimal 40%).
Meski demikian hasil ini bisa lebih dipacu atau ditingkatkan untuk menjadikan Indonesia negara yang lebih berdikari, lebih mempercepat meningkatkan kesejahteraan bangsa dan lebih meningkatkan daya saing bangsa dan produk kita, Â kita bisa belajar dari negara yang kesejahteraan rakyat dan ekonomi negaranya maju sangat pesat, dengan strategi menerapkan renumerasi berdasarkan produktifitas, sehingga memacu rakyatnya bekerja lebih produktif dan lebih kreatif.
Strategi ini dapat diterapkan oleh pemerintah dengan menyediakan tempat makan dan minum untuk orang susah.
Untuk mereka yang malas bagaimana? Pemerintah menyiapkan makanan gratis untuk orang susah , rumah sakit gratis untuk orang susah. Jadi buat mereka yang malas, tetap bisa hidup tapi tentu dengan pola hidup sangat sederhana, tujuannya untuk mendidik menciptakan budaya malu bagi yang malas.
Kalau mereka tidak ingin dikelompokan kepada golongan tersebut, maka mereka harus mau bekerja dengan lebih rajin/produktif. Semua penilaian berbasis pada hasil kerja atau produktifitas  bukan dengan  UMR, seperti sebelumnya yang rajin dan malas menghasilkan income yang sama. Jadi dunia tenaga pekerja dan dunia usaha di Indonesia akan lebih maju,  kompatitif, produktif, dan kreatif.
Dengan kondisi yang kompetitif tentu akan membuat para pekerja di Indonesia memiliki daya saing yang tinggi. Indonesia tidak akan kesulitan mencari sumber daya manusia yang skilflul lagi .
Indonesia dengan konsep jelas pasti bisa lebih memacu kemajuan dan memproduksi segala kebutuhan bukan hanya untuk masyarakat Indonesia, tapi juga untuk masyarakat dunia (We are the Champion).
Produksi bahan pangan Indonesia kurang, tidak perlu pemerintah impor tapi dilakukan dengan strategi meningkatkan harga pembelian pemerintah ke petani sehingga mengutungkan petani akan berlomba-lomba menanam karena mengutungkan, jangan seperti yang dilakukan pemerintahan sekarang dan pemerintahan sebelumnya, melakukan subdisi di pupuk dan infrastktur, bila rusak tidak ada yang mau membetulkan karena Harga jualnya tidak mengutungkan petani.
Kondisi ini secara tidak langsung juga akan membuat masyarakat tertarik untuk bekerja ekstra. Harga pertanian yang mengutungkan petani akan membuat Indonesia memiliki banyak petani. Mereka tentu tergiur dengan keuntungan dari bertani, hal ini jangan sampai dimatikan pemerintah dengan malah melakukan  impor, untuk membuat harga menjadi rendah.
Semuanya pasti bisa dilakukan oleh bangsa Indonesia, subsidi pemerintah terhadap harga beli ke petani istilahnya keluar kantong kiri masuk kantong kanan. Perputaran uang dalam negeri akan semakin besar dan ketergantungan akan negara lain perlahan dan pasti akan mulai berkurang.
Oleh Sony Kusumo
Dengan strategi Indonesia Surplus, untuk kemajuan negara dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H