Mohon tunggu...
Sony Kusumo
Sony Kusumo Mohon Tunggu... Insinyur - Menuju Indonesia Surplus

Sony Kusumo merupakan pengusaha yang peduli dengan kemajuan bangsa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

New Normal dan Harapan Baru bagi Ekonomi Indonesia

17 Juni 2020   20:43 Diperbarui: 17 Juni 2020   21:11 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DKI Jakarta dan sejumlah daerah di Indonesia akhirnya memulai babak baru pada era pandemi Covid-19 dengan menerapkan new normal atau kenormalan baru. Terhitung sejak Senin (8/6/2020), transisi ke new normal telah dilakukan.

Khusus DKI Jakarta, pengelolaan bantuan sosial yang dijanjikan Gubernur seperti yang sudah bisa dibayangkan dari yang sudah-sudah cenderung amburadul dan hanya lips servis atau pencitraan semata. Kenyataan di lapangan tidak seperti yang di janjikan serta tidak merata mengena ke masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

Jalan tengah yang diputuskan pemerintah terbilang berani serta brilliant, mengingat curva dari kasus Covid-19 masih belum melandai. Hal ini berbeda dengan beberapa negara yang melonggarkan lockdown karena memang curva nya sudah mengalami penurunan.

Lalu kenapa pemerintah memutuskan melakukan new normal?

Ibarat buah simalakama, pemerintah terpaksa menerapkan new normal karena dampak ekonomi akibat Covid-19 sudah membuat kas negara menjadi tidak stabil. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan memperkirakan angka kerugian akibat pandemi ini mencapai 320 triliun rupiah.

Tak hanya itu, Covid-19 juga membuat 3,05 juta pekerja di Indonesia harus mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Kementrian Ketenagakerjaan bahkan memprediksi akan terjadi tambahan hingga mencapai 5,23 juta masyarakat Indonesia yang akan jadi pengangguran.

Memang fantastis dampak dari Covid-19 bagi kehidupan ekonomi, semua lapisan masyarakat terkena imbasnya mulai dari pejabat, pelaku ekonomi, pekerja swasta sampai PNS. Melihat fenomena ini tampaknya masyarakat harus bisa mengepresiasi langkah yang diambil oleh para pemangku jabatan.

Hidup Berdampingan dengan Covid-19

Banyak yang mengkritik pernyataan Presiden Joko Widodo soal hidup berdampingan dengan Covid-19 bahkan salah satunya mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla ikut mengkritik. Keputusan Pemerintah terkesan sangat berani namun putusan Pak Jokowi ibarat simalakama, sesuatu yang tidak Bisa terhindar karena sesuai kodrat alam kehidupan harus tetap berputar (The Show Must Go On).

Bayangkan apabila pembatasan sosial berskala besar terus diperpanjang, yang ada kehidupan bangsa Indonesia akan semakin ambruk, bahkan bisa menimbulkan kekacauan masyarakat (Public Unrest). Kematian tidak hanya dari Covid-19, kita juga terbiasa hidup dengan Malaria, Demam Berdarah, TBC, HIV Aids Kanker Dan juga lainnya.

Semua harus mampu beradaptasi sehingga dapat hidup berdampingan dengan Covid-19 yang tentunya dengan menaati protokol kesehataan. Jangan sampai karena Covid-19, kehidupan masyarakat Indonesia terhenti. Virus Covid-19 tidak Akan hilang dari kehidupan kita, seperti virus TBC Dan virus-virus lainnya.

Ekonomi Indonesia Harus Bangkit
Keputusan new normal tentu membuat masyarakat dapat sedikit bernafas lega karena nadi perekonomi akan kembali berjalan menuju kenormalan baru. Momentum ini harus dijadikan peluang bagi para entrepeneur, pejabat untuk tambah creative dan mengurangi impor, terutama stop impor barang barang yang tidak urgent untuk diimpor dan selalu mengedepankan mengimpor yang memang sangat dibutuhkan.

Dengan mengedepankan prinsip B & M (Bagus & Murah) agar country trade balance kita bisa membaik dan hasil atau product akhir kita bisa bersaing.

Dalam mengarungi dunia ekonomi tatanan Baru, inovasi, kreatifitas, konsisten menjalankan policy negara balance trade surplus, harus dijadikan prioritas.

Kita bangsa Indonesia pasti bisa bangkit, kompak, bersatu dan keluar sebagai pemenang, demi kita, anak cucu kita kedepan dan untuk kehidupan bangsa yang mandiri, maju serta kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera.

Kita pasti bisa seperti negara Swiss, China, Singapura dan negara-negara lainnya yang sudah menjadi Negara Pemenang (Negara Balance Trade Surplus).

Korupsi tidak Bagus, country balance trade deficit 100 X lebih berbahaya dari korupsi. Target country trade surplus sudah sepatutnya di jadikan prioritas utama dalam bernegara demi negara yang mandiri. Lebih maju dan kehidupan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Mari Kita bersatu  berjuang untuk menjadikan Indonesia menjadi Negara Pemenang( Negara Balance trade Surplus).

Perdebatan system ekonomi  negara, ibarat kue sepiring harus di bagi 1.000 orang. Sepintar apapun yang membagi pasti yang terima dan tidak terima akan ribut terus tidak cukup dan mengatakan yang bagi tidak benar atau tidak fair atau tidak becus.

Adakah solusinya agar tidak pada ribut ? Dengan dipotong tipis-tipis atau di potong zig-zag atau di potong square atau di potong bulat tetap saja akan ribut terus. Solusinya bagaimana? Tidak ada selain harus menambah kuenya dari satu piring menjadi misalkan 2 piring atau 3 piring atau 50 piring atau malah 500 piring dan seterusnya.

Sistem ekonomi cara apapun baik itu system liberal, sistem koperasi, sistem ekonomi Pancasila atau sistem apapun kalau kue ekonominya tidak di perbesar secara real, sistem ekonomi apapun dan ekonom sepintar apapun tidak akan bisa menyelesaikan permasalahannya, apalagi negara yang balance trade nya selalu defisit, tambah runyam.

Untuk negara solusinya bagaimana ? Agar tidak ribut terus dan tidak terjebak dalam kebangkrutan yang memang by design sengaja di design kartel ekonom dunia agar mayoritas negara di dunia secara tidak sadar selalu hidup dalam ketergantungan. Solusinya adalah belajar dari negara seperti Israel, Swiss, Singapur, China dll yang country balance tradenya selalu surplus.

Di antara Semua negara yang paling super adalah USA tanpa perlu susah payah, dengan ongkang ongkang kaki, nekan kanan, nekan kiri agar semua negara tetap memegang mata uangnya dan bisa memperbanyak peredaran US Dollar seenak udelnya.

Apakah kita bisa menjadi negara yang balance tradenya surplus ? Jawabannya pasti bisa, bila ada kemauan, kuncinya adalah menempatkan orang tepat di posisinya, terutama di posisi Foreign country trade polecy serta adanya kekompakan karena bila negara balance tradenya surplus yang di untungkan adalah semuanya bangsa Indonesia dan anak cucu kita kedepannya.

Negara Balance Trade Surplus = Penambahan Penciptaan Lapangan Kerja = Negara Mandiri = Rakyat Tambah Makmur.

Indonesia Pasti Bisa

SK

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun