Di tahun itu pula, Loh Jing Tjoe mengubah kediaman Lian sebagai Hotel Hersia sampai 1951. Selanjutnya pernah pula dijadikan kantor oleh Inspektorat Bea dan Cukai.
Dan baru pada 1973, kediaman Lian resmi dijadikan Museum Sumpah Pemuda oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin. Hal ini dilakukan demi menghormati momen penting Sumpah Pemuda.
Kendati demikian di era 80-an, Museum Sumpah Pemuda itu pernah terbakar lantaran tidak diurus. Kondisi itu menyebabkan muka bangunan aslinya dibagian belakang tak lagi sama.
Bagian yang terbakar dimulai dari Ruang Kepanduan hingga ke bagian terbelakang. Dan atap saat ini pun tak lagi setinggi dahulu.
Meski begitu, kediaman Lian yang juga dikenal dengan nama Gedung Kramat itu, masih terdiri dari beberapa kamar, aula, dan lapangan seperti sedia kala. Di tiap ruang tersaji berbagai diorama yang mampu mendorong atmosfer perjuangan bagi para pengunjung.
Ada diorama WR Soepratman memainkan biola, situasi ketika Kongres Pemuda II berlangsung, pemuda sedang membaca surat kabar, hingga diorama saat sedang rapat. Kini kediaman Lian itu tak lagi sepi, namun kembali diramaikan oleh para pengunjung dari berbagai kalangan yang antusias soal Sumpah Pemuda.
Oleh: Sony Kusumo
Catatan:
Sejarah keliru mencatat nama Sie Kong Lian menjadi Sie Kok Liong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H