Nama tokoh nasional asal Solo yang berdarah Tionghoa, Yap Tjwan Bing seakan tenggelam beberapa waktu silam. Hingga pada Februari 2008 di bawah kepemimpinan Walikota Solo, Joko Widodo, nama Jalan Jagalan resmi diubah menjadi Jalan Yap Tjwan Bing pada peringaran Imlek di tahun sama.
Begitu berjasanya Yap Tjwan Bing bagi Indonesia, lalu seperti apa sosoknya?
Yap Tjwan Bing adalah anak dari pasangan Yap Yo Dhiam dan Tan Tien Nio. Ia lahir di Slompretan, Solo, Jawa Tengah pada 31 Oktober 1910.
Slompretan kini berganti menjadi Pasar Klewer, pusat tekstil terbesar di Solo dan letaknya bersebelahan dengan Keraton Surakarta. Sayang jejaknya sudah tak tersisa lagi.
Yap muda adalah sosok yang tekun menuntut ilmu. Di usia yang ketujuh, ia sudah tinggal bersama keluarga Belanda demi mempelajari bahasanya dan sekolah HollandscChinesse School (HCS) Kristen di Glembegan, Solo.
Tahun berikutnya, Yap sekeluarga pindah ke Madiun. Lalu, ia menimba ilmu di Institute KOOT, sekolah dasar partikelir di Madiun.
Kualitas sekolah yang kurang baik, membuat Yap pindah ke Tweede Europeesche School. Yakni sekolah kelas dua untuk orang Eropa dan orang terpandang di Hindia Belanda.
Ia menjadi siswa Tionghoa tunggal yang belajar disitu. Bukannya minder, Yap malah senang dan bergaul dengan teman-teman Belanda-nya.
Naik ke tingkat menengah pertama, Yap melanjutkan pendidikannya di Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Madiun. Lepas dari situ, Yap ingin meneruskan sekolah menengah atasnya ke Hogere Burgerschool (HBS).
Kendati demikian, status sosialnya membuat harapan Yap pupus. Alasannta karena sekolah tersebut hanya diperuntukkan anak-anak Eropa, Belanda, dan warga lokal elit di masa penjajahan.
Akhirnya Yap memilih bersekolah di Algemene Middlebare School (AMS) di Malang, Jawa Timur. Dan memang sekolah tersebut diperuntukkan bagi warga lokal.