Mengingat pentingnya penemuan itu bagi dunia, maka Albert Levan, Kepala Institute of Genetics, tempat risetnya dilakukan mengalah. Sehingga dalam jurnal Scandinavian Journal Hereditas terbitan 1956, Tjio ditulis sebagai author utama dan Levan co-author.
Lalu, siapa sih Tjio Joe Hin?
Pria keturunan Tionghoa ini, lahir di Jawa pada 2 November 1919. Sewaktu kecil, ia mengenyam pendidikan di sekolah penjajah Belanda.
Kemudian Tjio sempat menekuni bidang fotografi, seperti ayahnya yang merupakan fotografer profesional. Namun itu tidak bertahan lama.
Lalu ia beralih ke bidang pertanian dan berkuliah di Sekolah Ilmu Pertanian di Bogor. Di bidang ini, Tjio mengembangkan tanaman hibrida tahan penyakit.
Dari situlah bekal ilmu genetika didapatkannya. Namun sebelum mendalami ilmu genetika, di masa kependudukan Jepang di Indonesia, Tjio sempat dipenjara selama tiga tahun.
Sampai akhirnya, ia kembali meneruskan pendidikan di Belanda lewat program beasiswa. Ia mengambil studi soal cytogenetik tanaman dan serangga.
Tjio yang haus akan ilmu melanjutkan studinya di Zaragoza, Spanyol. Ia diundang pemerintahan Spanyol dan menghabiskan waktu 11 tahun untuk melakukan studi soal peningkatan mutu tanaman.
Saat libur tiba, Tjio menyempatkan diri untuk melakukan riset di Institute of Genetics di Lund Swedia, tempatnya meneliti jumlah kromosom. Bidang penelitiannya pun kian luas dan merambah soal jaringan sel mamalia.
Semasa hidupnya, Tjio turut membantu mengenalkan cytogenetik modern ke dunia. Yakni, ilmu yang mempelajari hubungan antara struktur dan aktivitas kromosom serta mekanisme hereditas, sebagai sebuah cabang utama ilmu genetika.
Penelitian lainnya mengenai adanya kromosom tambahan dalam sel-sel orang yang terkena down syndrome. Karya tersebut ditelurkannya pada 1959.