Satu lagi adalah Museum Benteng Heritage yang merupakan hasil restorasi sebuah bangunan berasitektur tradisional Tionghoa. Berbagai artefak kuno nan unik ada, contohnya kamera tua, alat pemutar lagu, timbangan opium, hingga botol kecap Benteng Teng Giok Seng dan Siong Hin.
3. Semarang
Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah ini, juga menjadi salah satu kawasan Pecinan terbesar di Indonesia. Bukti nyata keberadaan etnis Tionghoa disana adalah Kelenteng Sam Poo Kong yang terus berdiri kokoh hingga kini.
Zaman dulu, kelenteng itu menjadi tempat Laksamana Cheng Ho atau Zheng He beristirahat saat sedang berlabuh. Kisah tersebut kira-kira terjadi di tahun 1416.
Luasnya Kampung Cina di Semarang turut diperkuat dengan jumlah yang cukup banyak, yakni sekitar 11 kelenteng. Beberapa diantaranya adalah Kelenteng Tong Pek Bio, Hwie Wie Kong, Tri Noto Buko Bawono, dan Tay Kak Sie.
Kelenteng-kelenteng itu membentang dari Jalan Beteng, Gajah Mada, Jalan MT Haryono, Jalan Jagalan, dan sekitar Simpang Lima Semarang. Selain beragam kelenteng, Pasar Malam Semawis turut menyemarakkan Pecinan di Semarang.
Penganan ala Tionghoa tersaji disini, seperti nasi campur, nasi hainam, sampai olahan babi. Pasar ini dibuka tiap akhir pekan, yakni Jumat hingga Minggu pada pukul 18.00-23.00 WIB.
Sungguh Indonesia melihat harmonisasi kehidupan di Bumi Nusantara, semua berpadu dengan indah bagaikan pelangi yang hadir sehabis hujan turun. Teruslah menjadi simbol kedamaian bagi dunia.
Oleh: Sony Kusumo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H