Foreign Trade Deficit (FTD) & Public Trust
Venezuela yang sebelumnya adalah negara termakmur di Amerika latin dengan populasi 32 jutaan, dikaruniai cadangan minyak bumi  terbesar di dunia.
Cadangan minyaknya jauh diatas Arab Saudi, Kanada , Iran dan negara penghasil minyak lainnya. Tidak pernah terbayangkan  ekonomi Venezuela bisa hancur dengan tingkat inflasi terparah di dunia.
Kenapa bisa terjadi di Venezuela ?
Jawabannya adalah melawan proses kodrat alam.
1. Foreign Trade Deficit
Ibarat  perusahaan / manusia tidak mungkin bisa maju dan hidup dengan deficit terus menerus, yang berakibat hutang yang terus bertambah. Selama era pemerintahan Hugo Chavez, perekonomian Venezuela terus mengalami FTD. Berakibat hutang luar negeri terus bertambah.
Semua bisa berjalan karena adanya kemampuan / kepercayaan dari kreditur terhadap kemampuan Venezuela untuk membayar dengan pertimbangan cadangan minyak buminya  yang berlimpah.
Ketika harga minyak bumi jatuh BOOM, diperparah permintaan hutang pemerintah Venezuela  yang meningkat dratis, untuk keperluan menutupi short fallnya.Â
Kepercayaan kreditur langsung goyang karena kemampuan membayarnya menjadi meragukan. Ekonomi  Venezuela langsung rontok dan kepercayaan rakyat Venezuela terhadap pemerintah hilang.
2. Subsidi
Seorang anak tidak mungkin bisa berjalan tanpa pernah belajar dan merasakan jatuh bangun. Orang tua yang terlalu proteksi akan membuat anaknya tidak bisa mandiri dalam menghadapi persaingan hidup tanpa lindungan orang tuanya.
Laksana atlet jika tidak berlatih, otot dan staminanya pasti akan kedur.
Subsisdi pemerintah terhadap rakyatnya adalah keputusan yang populer, tapi efek jangka panjangnya akan merusak mental rakyat. Daya juang rakyatnya untuk menghadapi persaingan menjadi hilang.
Begitu subsidi pemerintah hilang langsung "Chaos" karena Rakyat sudah terbiasa hidup dengan bantuan subsidi pemerintah yang berlimpah.
3. Balance
Kehidupan di dunia semua perlu balance ada yang dimakan ada yang dikeluarkan, ada saatnya kerja ada saatnya istirahat.
Seperti burung waktu terbang membutuhkan kedua sayapnya untuk saling menyeimbangkan dan kadang miring ke kiri, kadang miring kekanan, tidak mungkin lurus terus.
Pemerintahan juga dalam waktu tertentu perlu ada pergantian atau perubahan untuk tujuan penyeimbangan dan negara perlu ada oposisi supaya selalu ada sparing partner agar pemerintah selalu alert.
Golden rulenya adalah jangan 100% percaya kepada pemerintah. Agar kita selalu alert, ada pilihan dan tidak menjadi ketergantungan.
4. Penempatan / Bekerja Sesuai dengan Keahlian dan Pengalaman
Jangan mengajari ikan untuk berenang.
Jangan mengajari Pak Jokowi untuk survive.
Jangan mengajari scientish untuk research.Â
Jangan mengajari pedagang sukses  bagaimana caranya mencari untung.
Masing-masing sudah ada instingnya. Begitu juga sebaliknya, jangan mengajari ikan untuk berjalan, sampai kapanpun tidak akan berhasil.
Kesalahan yang diperbuat pemerintahan Hugo Chavez selama memerintah.
1. Â Nasionalisasi Perusahaan
BUMN dimanapun sulit untuk bisa berkembang karena direksi harus entertain stake holder (pejabat pemerintah dan keluarga pejabat pemerintah). Akibatnya BUMN sulit untuk bisa bersaing dan efficient.
Adanya BUMN membuat beban pemerintah Venezuela semakin bertambah berat.
2. Subsidi
Akibat subsidi yang berlebihan dan berlangsung terus selama pemerintahan Hugo Chavez, rakyat Venezuela menjadi  ketergantungan. Rakyat kehilangan daya juang untuk bisa bertahan hidup tanpa subsidi.
Begitu sumber penghidupan utama penunjangnya hilang (harga minyak bumi anjlok) BOOM langsung "Chaos". Ibarat dunia runtuh bagi rakyat Venezuela.
3. Pajak
Kesalahan penerapan sistem pajak Hugo Chaves sebagai penganut paham sosialis. Rakyat yang bekerja keras dan bekerja santai mendapatkan hasil yang sama dan pajak yang sama. Akibatnya kreatifitas dan produktifitas hilang.
Sistem pajak yang ideal seharusnya bisa memicu rakyatnya untuk kreatif, produktif dan rajin pada ujungnya meningkatkan daya saing negara menjadi trade surplus.
Misalnya :Â
- Jika PPH produsen lebih rendah dari PPH importir, ini akan memicu yang tadinya importir akan berusaha menjadi produsen, dengan sendirinya  transaksi berjalan akan membaik, penciptaan tenaga kerja akan naik, semua instrumen akan membaik dan sehat.
- Jika PPH pribadi yang berpenghasilan lebih besar membayar persentasi pajak lebih besar dibanding yang  berpenghasilan lebih kecil, ini akan membuat orang untuk tidak transparan serta segan untuk bekerja keras. Harusnya yang bekerja keras atau berpenghasilan lebih diberikan semangat dengan membayar persentasi pajak lebih rendah dari yang berpenghasilan lebih rendah.
Pajak yang ideal dan mendidik seharusnya menganut sistem punishment dan reward.
4. Â Incentive
Pemerintahan Hugo Chaves karena penganut paham sosialis, incentive bukannya dipakai untuk mendongkrak kreativitas dan produktifitas, malah incentive dipakai untuk mensubsidi rakyatnya.Â
Rakyat terlalu dinina bobokan dengan dengan bermacam macam incentive / hadiah tanpa perlu kerja keras, sehingga kemauan rakyatnya untuk survive berkurang. Rakyat menjadi ketergantungan dengan incentive dan subsidi dari pemerintah.
5. Tergantung pada Single Source of Income
Pemerintahan Hugo Chavez terlalu bergantung kepada single source of income (minyak bumi) dan terlalu percaya diri krisis tdk mungkin bisa melibas negara kaya resources.
Ibarat pepatah don't put everything under one basket. Begitu jatuh habis semua.
6. Pemerintah Terlalu Dominan
Karena memberikan subsidi yang berlimpah kepada rakyatnya pemerintahan Hugo Chavez menjadi  terlalu kuat dan dominan,  mengakibatkan keputusan keputusan yang  dikeluarkan tdk melalui proses check dan balance.
7. Siapa Berikutnya ?
Rakyat dan pemerintahan Venezuela tidak pernah terbayang krisis parah bisa menjerumuskan negaranya. Â Krisis dunia 1998 dan 2008 tidak mereka rasakan, jadi kesalahan dari pemerintah dan rakyat Venezuela adalah tidak cepat belajar dari negara negara lain yang terkena krisis.
Apakah kejadian di Venezuela bisa menimpa negara lain?Â
Jawabannya pasti bisa apabila melawan proses kodrat alam.
Menuju Indonesia Surplus dan Bermatabat
Sony Kusumo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H