Mohon tunggu...
Timey Erlely
Timey Erlely Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Hasanuddin

Penulis - Peneliti- Konsultan Pajak dan Keuangan. Kunjungi instagram: timey_erlely

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Akuntansi Hijau: Selamatkan Generasi Kita!

10 Oktober 2022   01:15 Diperbarui: 10 Oktober 2022   01:45 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembangunan berkelanjutan dapat dicapai jika aktivitas pembangunan yang dilakukan selain mengejar kepentingan ekonomi, juga memperhatikan kepentingan sosial dan lingkungan. Dengan demikian, upaya untuk menghubungkan kepentingan ekonomi perusahaan dan pelestarian lingkungan dengan implementasi Green accounting, maka hasil laporan keuangan akan bersifat holistik.

Pada tahun 1971, Parker telah menjelaskan akuntansi hijau atau yang disebut Green accounting ini. Kemudian Akuntansi Hijau telah mengalami kemajuan ilmu pengetahuan. Konsep akuntansi hijau melibatkan penilaian biaya lingkungan dan kerugian sumber daya dalam suatu negara.      

Sudah menjadi kebutuhan untuk perusahaan untuk mengembangkan metode untuk mempromosikan insentif hijau untuk saat ini dan masa depan melalui akuntansi hijau. Dengan mempelajari dan perkembangan hijau menjadi gambaran besar, akuntansi hijau mampu mempromosikan masa depan yang berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan mengharuskan perusahaan untuk mempertimbangkan tujuan kinerja mereka dalam tiga dimensi, yaitu: keuangan, lingkungan, dan sosial. Artinya, perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan di aspek keuangan, namun perusahaan dituntut untuk melindungi lingkungan dan sosial.

Selain itu, pemahaman mengenai permasalahan lingkungan hidup akan mengarahkan perusahaan di dalam kebijakannya terutama terkait dengan keselamatan lingkungan hidup

Pada nyatanya akuntansi, pelaporan sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan selama ini tidak benar-benar berakar dari konsep keberlanjutan dan ekologis.  Pelaporan dan konsep akuntansi yang ada hanyalah sebagai pelengkap dan legitimator perusahaan, bahwa perusahaan memang memiliki kepedulian sosial dan lingkungan hanya "baju" dan bukan "hati" perusahaan.

Namun banyak peneliti menyatakan sumber utama kerusakan lingkungan di samping memikirkan keuntungan ekonomis, sudah seharusnya perusahaan juga bertanggung jawab terhadap lingkungan. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa perusahaan harus kembali untuk memperbaiki lingkungan.

Paradigma bisnis lama, organisasi hanya dibangun dengan single P (profit), namun sejalan dengan isu global warming saat ini, perusahaan mulai memperhitungkan konsep 3P, bukan hanya Profit namun juga harus melihat Planet dan People. 

Triple bottom line theory mengimplikasikan bahwa perusahaan harus lebih mengutamakan kepentingan stakeholder (semua pihak yang terlibat dan terkena dampak dari kegiatan yang dilakukan perusahaan) daripada kepentingan shareholder (pemegang saham).  

Tuntutan terhadap perusahaan semakin besar dan perusahaan harus melihat sisi baru yaitu tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholder, dan perusahaan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen, tetapi juga karyawan, konsumen, masyarakat dan lingkungan.  

Dengan demikian bila manusia sudah berdaya dan planet tetap lestari, profit atau keuntungan akan datang dengan sendirinya baik keuntungan yang dinikmati oleh manajemen sebagai agen pengelola entitas maupun investor sebagai pemilik entitas ekonomi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun