Di aspek lain peluang bisnis era 4.0 mampu menciptakan 3,7 juta pekerjaan baru seperti di bidang Fintech (Finance Technology), cloud hosting, google drive dan dropbox sangat berdekatan dengan dunia industri dan proses bisnis, bisnis jual beli online, on-demand service seperti aplikasi transportasi online.Â
Sementara kita sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi era 4.0 ini, Jepang memberikan kejutan untuk dunia dengan secara resmi meluncurkan  Society 5.0 dengan dijadikan manusia sebagai subjek utama (Human centered society) dalam mengendalikan kemajuan ilmu dan teknologi road map yang lebih humanis dengan istilah super-smart society atau society 5.0
Konsep masyarakat 5.0 society 5.0Â menjadikan manusia sebagai pusat pengendali teknologi. Jepang mengalami masa-masa sulit selama kurang lebih satu dekade terakhir.Â
Populasi masyarakat usia produktif menurun drastis dan jumlah penduduk lansia meningkat. Hal ini turut berpengaruh oleh krisis buruh yang sulit diatasi, jumlah penduduk produktif di Jepang yaitu 77 juta (2019) dan akan berkurang sebesar 70% menjadi 53 juta pada tahun 2050. Sedangkan usia 65 tahun ke atas akan mengalami kenaikan sebesar 38,4% di tahu 2065.
Walaupun masih banyak perdebatan soal revolusi industri 5.0 dan banyak masyarakat yang belum mengetahuinya misalnya pada saat saya menghadiri seminar online ternyata banyak mahasiswa yang belum mengetahui era society 5.0. Mereka menyampaikan bahwa "kami masih bersiap di era 4.0, muncul lagi yang namanya society 5.0".Â
Para ahli telah menyampaikan bahwa dalam masyarakat 5.0 teknologi dan inovasi perlu dimanfaatkan untuk membantu dan memajukan masyarakat bukan untuk menggantikan peran manusia.Â
Sementara itu, Charles A Beard mengemukakan bahwa revolusi industri sebenarnya fokus pada material (membuat sesuatu) dan pada manusia (sosial). Jepang memproklamirkan society 5.0 karena mereka begitu kritis pada revolusi 4.0 dan kondisi negara yang terancam di masa depan. Oleh karena itu, kita sangat memerlukan cara berpikir yang tepat untuk mampu menghadapi era 5.0 dan perubahan di masa depan.
Lalu, cara berpikir seperti apa yang dibutuhkan di era society 5.0 ini? Cara berpikir yang harus selalu dikenalkan dan dibiasakan adalah cara berpikir untuk beradaptasi di masa depan, yaitu  analitis, kritis, dan kreatif. Cara berpikir itulah yang disebut cara berpikir tingkat tinggi (HOTS: Higher Order Thinking Skills). Berpikir ala HOTS bukanlah berpikir biasa-biasa saja, tapi berpikir secara kompleks, berjenjang, dan sistematis.
Pertama, cara berpikir analitis merupakan cara berpikir yang bersifat logis dan sistematis dengan menggunakan informasi yang relevan berdasarkan data dan fakta. Cara berpikir analitis memiliki kemampuan untuk menganalisis ide dan memecahkan masalah yang kompleks, serta memampukan kita untuk menemukan solusi atas masalah yang ada.
Kedua, Â cara berpikir kritis merupakan kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, menarik kesimpulan, membuat evaluasi, dan memecahkan masalah. Artinya berpikir kritis merupakan kemampuan untuk menilai informasi yang diterima kemudian diolah dan menarik kesimpulan dari apa yang sudah diketahuinya.
Ketiga, cara berpikir kreatif merupakan kemampuan dalam menciptakan hal baru. Kreatif dapat dikatakan sebagai kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu yang baru, baik berupa ide, gagasan, dan pendapat yang berbeda dengan sebelumnya.