Mohon tunggu...
Timey Erlely
Timey Erlely Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Hasanuddin

Penulis - Peneliti- Konsultan Pajak dan Keuangan. Kunjungi instagram: timey_erlely

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

How to be a Motivated Person?

1 Mei 2022   20:15 Diperbarui: 1 Mei 2022   20:24 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam self-actualization, Maslow berkata bahwa seseorang sering merasa bahwa dirinya masih terus belajar, mengembangkan kemampuan, terus merasa kurang akan sesuatu. Misalnya ketika kita merasa belum tahu menulis, maka kita akan belajar menulis. Jika kita belum tahu menggunakan komputer, kita akan belajar. 

Jika kita tidak tahu bahasa Inggris, kita akan berusaha untuk belajar bahasa Inggris. Jika, tidak tahu tentang digital marketing, dia akan belajar. Jadi, ini adalah sikap dimana kita akan terus belajar, terus mencari potensi dalam diri untuk dikembangkan. 

Pada poin kelima ini mungkin terasa sulit, karena manusia cenderung puas dengan apa yang telah mereka capai. Saya perlu membagikan hal ini kepada kalian semua, bukan berarti saya sudah sempurna. Tetapi, saya membagikan ini supaya kita bisa terus belajar dan menggali potensi dalam diri. Tidak sedikit orang akan hidupnya hanya begitu-begitu saja, tidak ada kemajuan karena mereka sudah merasa lebih hebat dari orang lain.

Misalnya, sebagai seorang dosen tidak perlu merasa lebih pintar dari mahasiswanya. Sehingga, dia akan terus belajar hal-hal baru kepada mahasiswanya. Begitu juga dengan mahasiswa, sering merasa lebih pintar dari dosennya. Sehingga, seolah-olah ingin menggurui orang lain. Saya juga pernah memiliki teman sekolah yang merasa paling pintar di kelas. 

Padahal yang dia tahu hanya hal kecil saja. Disini, saya hanya mengingatkan bahwa kita seharusnya tidak merasa puas dengan apa yang kita punya saat ini. Jadi, orang yang termotivasi atau orang yang memiliki motivasi adalah orang yang memiliki sasaran. 

Apabila anda merasa sudah puas dan keinginan sudah tercapai, maka hal apa yang akan anda lakukan?, hal apa yang akan anda kerjakan selanjutnya? kehidupannya akan begitu-begitu saja. Oleh karena itu, kita harus memiliki sasaran atau memiliki tujuan.

Saya juga ingin ingin menambahkan satu teori lagi yang akan mendukung pencapaian tujuan kita. Bagaimana menata tujuan kita? Teori ini disebut goal-setting theory agar kita termotivasi. Apabila anda tidak menata tujuan, tujuan akan menjadi tidak jelas, alasanya tidak jelas. Maka, secara otomatis kita tidak akan termotivasi. 

Oleh karena itu, menurut ahli psikologis yang bernama Christoper Earley dan Christine Shelley mendeskripsikan empat tahap yang perlu dilakukan yaitu: Pertama, establishment of a standard to be attained, artinya dalam menetapkan tujuan, kita perlu membuat tujuan yang bisa dicapai. Misalnya di dunia kerja, seorang fresh graduate yang baru saja kerja ingin menjadi seorang manajer, tentu sulit dicapai. 

Dia bisa mulai dengan misalnya  menjadi supervisor kemudian perilakunya, tahapan menjadi seorang supervisor seperti bisa masuk kerja tepat waktu dan memiliki kinerja yang baik. Kedua, evaluation of whether the standard can be acheived, artinya melakukan evaluasi apakah standar yang ditentukan bisa tercapai. Jadi perlu adanya step atau tahap-tahap untuk mencapai standar tersebut.

Ketiga, evaluation of whether the standard matches personal goals. Artinya standarnya bisa sama dengan tujuan secara personal. Dalam hidup manusia sering memiliki banyak tujuan, tetapi anda perlu memperhatikan prioritasnya. Keempat, the standard is accepted, the goal is thereby set, and behavior proceeds towards the goal. 

Artinya, standar yang sudah ditentukan tadi, kalian terima, kemudian kalian setting perilaku apa untuk mencapai sasaran itu. Contohnya, apabila mahasiswa ingin nilai yang baik, maka mahasiswa akan belajar dengan baik. Saya berharap kalian semua bisa terbantu dengan ilmu yang saya bagikan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun