Tak dimungkiri bahwa, Golput (golongan putih) menjadi permasalahan yang sering diperdebatkan ---juga meresahkan--- dalam dunia politik. Golput sendiri, yang merupakan singkatan dari golongan putih, dengan pemaknaan melewatkan hak pilih pada saat pemilihan umum, menjadi sesuatu yang kerap menghantui para penyelenggara pemilu.
Ada ragam pendapat yang berbeda tentang golput, ada yang menganggapnya sebagai hak, sementara yang lain mengkritiknya sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab terhadap demokrasi. Namun demikian, dalam tulisan singkat ini, saya akan mengangkat pemikiran bahwa golput sebenarnya dapat dipandang sebagai hak dan kewajiban seorang warga negara. Dengan alasan, Pertama, golput dapat dipandang sebagai hak seorang warga negara untuk mengekspresikan ketidakpuasan terhadap sistem politik yang ada. Dalam demokrasi, pemungutan suara merupakan salah satu cara bagi rakyat untuk mengungkapkan pilihan mereka. Namun, jika seseorang tidak percaya atau tidak ada calon yang dianggap berkualitas dalam pemilihan tersebut, mereka memiliki hak untuk tidak memberikan suaranya. Dengan melakukan golput, seseorang dapat menyampaikan pesan bahwa mereka tidak setuju atau kecewa terhadap kualitas dan kredibilitas kandidat yang ditawarkan. Nah!
Selain itu, golput juga dapat dipandang sebagai kewajiban seorang warga negara yang peduli terhadap negaranya. Dalam masyarakat yang penuh dengan korupsi, nepotisme, dan politik uang, golput dapat menjadi tindakan melawan praktik-praktik yang merusak demokrasi. Dengan tidak memberikan suara mereka kepada calon yang dianggap hanya mementingkan kepentingan pribadi atau golongan tertentu, golput dapat menjadi sebuah bentuk perlawanan terhadap politik yang korup dan tidak transparan.
Disamping itu, golput juga dapat dijadikan sebagai jalan untuk mendesak perubahan dalam sistem politik yang ada. Dalam banyak kasus, partisipasi politik yang tinggi belum tentu menghasilkan reformasi atau perubahan yang signifikan. Dengan memilih untuk golput, kita dapat menyampaikan pesan kepada partai politik dan calon bahwa mereka harus lebih baik dan memperhatikan tuntutan rakyat. Golput bisa menjadi sebuah momen refleksi bagi partai politik untuk melakukan pembenahan dan merumuskan kebijakan yang lebih baik bagi masyarakat.
Akan tetapi, di luar dua kutup pandangan itu ---golput sebagai hak atau sebagai kewajiban--- penting juga bagi untuk mempertimbangkan konsekuensi dari golput. Kenapa? Salah satu alasan yang sering dikritik terkait golput adalah; bahwa dengan tidak memberikan suara, kita kehilangan hak untuk ikut serta dalam proses pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan yang mengatur kehidupan kita. Tak hanya itu, memilih golput sama dengan memilih kemungkinan untuk hadirnya calon yang tidak berintegritas atau tidak kompeten dapat terpilih tanpa perlawanan yang kuat. Maka itu, selemah-lemahnya iman politik kita, ketimbang golput lebih baik menimbang, menelisik dan kemudian menetapkan hati untuk memilih satu dari sekian banyak pilihan yang kiranya lebih baik ---meskipun sebesar neutron atau zarrah lebih besarnya.
Juga penting bagi kita, sebelum memutuskan untuk golput, kita perlu mempertimbangkan konsekuensinya, dan oleh karenya mencari alternatif lain untuk berpartisipasi dalam politik yang lebih efektif merupakan sebuah kemestian. Nyanban
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H