Mohon tunggu...
Sutimbang Ngawan
Sutimbang Ngawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Suka sastra, filsafat, dan politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cara Menangkal Bullying

5 Mei 2014   19:39 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:50 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bullying alias pelonco dalam terminologi saya adalah perlakuan semena-mena dan sok berkuasa dari pihak yang merasa kuat dan berkuasa kepada pihak yang lemah dan seringkali menjurus kepada kekerasan. Kekerasan disini dibagi lagi menjadi beberapa hal, ada kekerasan verbal, kekerasan fisik, dan kekerasan seksual.

Kekerasan verbal medianya adalah mulut dan targetnya adalah seringkali kondisi fisik, ekonomi, dan intelektual. Tujuannya adalah menjatuhkan mental atau psikis si target. Seringkali bullying secara verbal ini dilakukan oleh si pelaku untuk kepuasan pribadi alias addiksi pribadinya untuk merendahkan target. Terutama di depan umum atau bisa juga face to face. Kekerasan verbal kadang terjadi tidak beralasan.

Kekerasan fisik medianya adalah fisik dan targetnya adalah fisik si target bullying. Bullying secara fisik seringkali diawali dengan kekerasan verbal. Dasarnya adalah kebencian yang tinggi dan hasrat untuk menunjukkan sok kuasa si pelaku kepada target. Kekerasan fisik bisa dilakukan secara pribadi atau kelompok.

Terakhir adalah kekerasan seksual. Bullying secara seksual diawali olek dua kekerasan di atas. Si pelaku kali ini orientasinya adalah menguasai secara penuh. Tingkat pelecehan pada bullying secara seksual ini sudah sangat tinggi. Effek bullying secara seksual bagi korban sangat dalam dan berkepanjangan.

Bullying bisa terjadi karena gap yang sangat terbuka, kemudian kurangnya kontrol terhadap perilaku pelaku bullying dan juga korbannya.

Saya sendiri pernah mengalami bullying saat sekolah dasar (SD). Saya mengalami bullying secara verbal dan fisik. Pelakunya adalah beberapa kelompok anak yang rese. Setiap istirahat sekolah mereka selalu datang mencari saya dan tanpa ba-bi-bu langsung main pukul, mengoyak-koyak buku tulis saya. Kejadian itu berlangsung hampir dua tahun (kelas 2 sampai kelas 3 SD). Akibatnya saya menjadi tidak berani untuk pergi ke sekolah. Saya tidak mengerti mengapa anak-anak itu berprilaku seperti itu. Sungguh, menjadi korban bullying sangat tidak mengenakkan. Saya seringkali mengeluh kepada orang tua tapi tidak direspon karena mereka menganggap itu adalah kenakalan biasa yang dilakukan oleh anak-anak.

Bosan di-bully naluri saya meminta untuk melawan. Saya balas pukulan mereka. Ini tidak dianjurkan tapi pada kasus saya berhasil. Anak-anak tersebut tidak lagi mengganggu karena saya melawan. Dan juga saya sudah punya banyak kawan yang bisa menjadi tameng.

Korban bullying seringkali tidak berani melawan karena tidak ada dukungan dan perlindungan untuk mereka. Bisa juga mereka tidak berani melawan karena secara mental mereka lemah karena sering di tekan.

Peranan orang tua di sini sangat penting untuk mendengar keluhan dan aduan dari anak-anaknya. Orang tua harus peka ditengah kesibukannya. Bertanya mengenai anak-anaknya, sekolah, dan teman-temannya. Bagaimana perilaku mereka dalam kehidupan sosial di sekolah. Sempatkan mengunjungi sekolah meski hanya untuk melihat-lihat dan seringlah bertanya kepada guru-guru mereka. Dan jangan lupa mengikutkan anak-anak anda dalam ekstra bela diri agar mereka mampu melindung diri mereka sendiri.

Semoga  tips anti-bullying ini bisa berguna bagi anda dan anak anda! Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun