Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Nasib, Pilihan, dan Takdir dalam Perspektif Teori Sosial

3 Desember 2024   06:06 Diperbarui: 3 Desember 2024   06:08 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan Nasib, Pilihan, dan Takdir dalam Teori Sosial

Ketiga elemen ini saling berkaitan dalam berbagai teori sosial. Anthony Giddens (1938--), seorang sosiolog kontemporer, dalam bukunya The Constitution of Society (1984), memperkenalkan konsep strukturasi. 

Giddens berpendapat bahwa struktur sosial membentuk tindakan individu (nasib), tetapi individu juga memiliki kapasitas untuk membentuk kembali struktur melalui pilihan mereka. Ini menciptakan hubungan dinamis antara nasib, pilihan, dan takdir, di mana manusia tidak hanya menjadi korban keadaan, tetapi juga agen perubahan.

Pandangan ini sejalan dengan gagasan Pierre Bourdieu (1930--2002) tentang habitus dalam bukunya Outline of a Theory of Practice (1972). Menurut Bourdieu, habitus adalah pola pikir dan tindakan yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial seseorang. Nasib seseorang sangat dipengaruhi oleh habitus-nya, tetapi melalui refleksi kritis, individu dapat membuat pilihan untuk melawan pola-pola yang telah terbentuk tersebut.

Manusia sebagai Arsitek Takdir 

Nasib memberikan titik awal yang membentuk kondisi awal kehidupan manusia. Pilihan adalah kebebasan untuk menentukan arah hidup, meskipun dalam batasan tertentu. Sementara itu, takdir adalah hasil akhir dari kombinasi nasib dan pilihan, yang bisa dilihat sebagai sesuatu yang sudah ditentukan atau sebagai sesuatu yang diciptakan manusia sendiri.

Sebagai manusia, kita memiliki tanggung jawab untuk memanfaatkan kebebasan kita sebaik mungkin, sambil menerima bahwa ada hal-hal yang berada di luar kendali kita. Dengan memahami pandangan para tokoh dunia tentang nasib, pilihan, dan takdir, kita dapat merenungkan makna hidup kita dengan lebih mendalam dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun