Suatu ketika "Petruk Kelangan Pethel" atau "Petruk Kehilangan Pethel", diceritakan bagaimana jadinya jika Petruk kehilangan pethel-nya menjelang lengser keprabon. Peristiwa ini merupakan simbol kehilangan jati diri Petruk dan kemampuan untuk mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak baik. Tanpa pethel, Petruk tidak lagi mampu menyingkirkan nafsu negatif yang tumbuh dalam dirinya, sehingga ia kehilangan arah dan pengendalian diri. Lakon ini menggambarkan betapa pentingnya menjaga jati diri dan prinsip hidup agar tidak tersesat oleh godaan dan hal-hal yang merugikan.
Pethel adalah sebuah alat mirip kapak kecil yang digunakan oleh Petruk, salah satu tokoh punakawan dalam cerita wayang. Jika dilihat dalam posisi vertikal, pethel ini menyerupai kapak kecil, tetapi ketika diputar secara horizontal, bentuknya mirip dengan cangkul kecil. Petruk selalu membawa pethel ke mana-mana, menggunakannya untuk membersihkan apapun, termasuk tanaman liar di sekelilingnya.
Tanaman liar dalam lakon ini adalah simbol dari nafsu negatif yang tumbuh di batin dan hati manusia. Nafsu-nafsu negatif ini harus selalu dibersihkan dan dikendalikan, sama seperti Petruk menggunakan pethel-nya untuk membersihkan tanaman liar. Secara filosofis, pethel melambangkan alat yang digunakan untuk menjaga kebersihan batin dan hati dari godaan duniawi yang bisa mengotori diri seseorang.
Setelah berhasil menyatukan kembali kerajaan dan menciptakan kedamaian, Petruk merasa sudah saatnya untuk menyerahkan tahta kepada Pandawa yang berhak. Ia memilih untuk kembali menjalani hidup sederhana sebagai seorang punakawan, ditemani oleh Semar, Gareng, dan Bagong.
Petruk, dalam perjalanannya dari abdi menjadi raja dan kembali lagi sebagai punakawan, menggambarkan bahwa kekuasaan dapat merusak moral jika tidak dijaga dengan baik. Punakawan selalu mengingatkan bahwa kekuasaan bukanlah hak istimewa, melainkan sebuah tanggung jawab yang besar. Sebagai abdi rakyat, Petruk dan para Punakawan adalah simbol penting dalam kebudayaan Jawa yang mengajarkan bahwa dalam segala kebesaran, selalu ada tanggung jawab moral untuk tetap berbuat baik dan adil.
Berikut ini beberapa catatan kondisi Kerajaan Mulwarengka sebelum Petruk lengser keprabon
1. Ekonomi
Ekonomi Mulwarengka menghadapi tantangan berat di tengah ketidakpastian global. Meskipun suku bunga Bank Mulwarengka turun sebesar 0,25% menjadi 6,25% pada September 2024, dan The Fed menurunkan Fed Funds Rate sebesar 0,5%, dampak terhadap perekonomian domestik masih terbatas. Sektor manufaktur yang tercermin dari Purchasing Manager Index (PMI) mengalami kontraksi, menandakan lemahnya permintaan. Penurunan rata-rata tabungan rumah tangga memperlihatkan daya beli yang menurun, mencerminkan kondisi ekonomi yang masih tertekan.Â
Deflasi di Mulwarengka, meskipun sering dianggap positif karena penurunan harga barang dan jasa, dapat mengindikasikan masalah ekonomi yang lebih dalam jika terjadi dalam waktu yang lama atau secara terus-menerus. Deflasi berarti turunnya harga secara umum yang disebabkan oleh penurunan permintaan agregat atau kelebihan pasokan, dan bisa menjadi tanda stagnasi ekonomi. Beberapa dampak kritis yang dapat ditimbulkan oleh deflasi di Mulwarengka:
a) Penurunan Daya Beli dan Konsumsi
Salah satu efek langsung dari deflasi adalah turunnya harga barang, yang mungkin tampak menguntungkan bagi konsumen dalam jangka pendek. Namun, jika deflasi terjadi karena penurunan permintaan, ini menandakan bahwa daya beli masyarakat melemah atau mereka menunda konsumsi dengan harapan harga akan terus turun. Hal ini dapat memperlambat aktivitas ekonomi dan memperpanjang periode stagnasi.