Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Dari Eksportir ke International Marketer: Langkah Berani Menembus Pasar Global

4 Oktober 2024   06:31 Diperbarui: 4 Oktober 2024   06:40 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saatnya berubah dari eksportir ke international marketer di tengah kontraksi ekonomi global dan perubahan lanskap politik dunia.

Tulisan ini terinspirasi saat ngopi sore hari di salah satu sudut Mall di Yogyakarta dari salah satu senior mentor saya di bidang perdagangan internasional dan logistik, bapak Robby Kusumaharta. Dunia sedang berubah sangat cepat menuju ke suatu kesetimbangan sistem yang baru. Salah satu perubahan itu adalah pergerakan cepat dalam konteks perdagangan internasional yang sebelumnya penuh rambu regulasi dan birokrasi antar negara menuju semakin hilangnya birokrasi dan regulasi dalam lalu lintas barang ekspor dan impor. 

Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alam dan tenaga kerja yang kompetitif, memiliki potensi besar dalam perdagangan internasional. Pada semester pertama 2024, ekspor Indonesia tercatat sebesar USD 115,1 miliar, meskipun mengalami penurunan 10,2% dari tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa meski negara kita mampu mengekspor produk berkualitas, menjadi eksportir saja tidak cukup di era persaingan global yang semakin kompleks. Langkah penting selanjutnya adalah bertransformasi menjadi international marketer, yang tidak hanya fokus pada penjualan produk, tetapi juga strategi pemasaran berbasis nilai dan teknologi.

Sebagaimana disampaikan oleh Philip Kotler, dalam bukunya Marketing 4.0: Moving from Traditional to Digital (2017), "Dalam dunia yang semakin terkoneksi, perusahaan harus beradaptasi dan mengembangkan kemampuan baru untuk menciptakan nilai bagi konsumen di pasar global." Di sini, Kotler menekankan bahwa pemasaran modern tidak hanya soal produk, tetapi juga tentang bagaimana perusahaan dapat memberikan pengalaman dan solusi yang relevan bagi konsumen global melalui pendekatan teknologi digital.

Era Pemasaran Baru

Transformasi dari eksportir menjadi international marketer menandai era baru dalam dunia pemasaran. Di era ini, konsumen global tidak hanya mencari produk yang berkualitas, tetapi juga produk yang menawarkan nilai tambah, pengalaman, dan keselarasan dengan nilai-nilai mereka. Sebagaimana disampaikan Kotler, "Pemasaran masa kini adalah tentang menciptakan solusi bagi kehidupan konsumen, bukan sekadar menawarkan produk."

Dengan memanfaatkan teknologi digital, AI, dan kolaborasi global, perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat bersaing secara efektif di pasar internasional yang semakin dinamis. Transformasi ini bukan hanya tentang pertumbuhan ekonomi, tetapi juga tentang bagaimana kita sebagai bangsa dapat memberikan kontribusi dalam ekosistem bisnis global yang berkelanjutan dan inovatif.

Mengubah Paradigma: Dari Barang ke Nilai

Eksportir cenderung fokus pada pengiriman barang dengan kualitas terbaik. Namun, seperti yang diajarkan oleh Kotler, untuk menjadi international marketer, kita harus mengubah paradigma. Kita tidak hanya menjual barang, tetapi juga menyampaikan nilai yang bermakna bagi konsumen. Konsumen saat ini menginginkan lebih dari sekadar produk---mereka mencari produk yang mencerminkan nilai-nilai yang mereka anut, seperti keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.

Studi terbaru dari Global Consumer Insights (2023) menemukan bahwa 64% konsumen di Eropa dan Amerika Utara lebih memilih produk ramah lingkungan meskipun mereka harus membayar lebih. Dalam sektor garmen, misalnya, kami telah melihat bagaimana konsumen global lebih menghargai produk yang diproduksi dengan metode yang etis dan ramah lingkungan. Melalui pendekatan ini, kita tidak hanya menjual pakaian, tetapi juga menyampaikan pesan tentang keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Seperti dikatakan Kotler, "Konsumen membeli nilai, bukan hanya produk."

Memahami Pasar, Bukan Hanya Konsumen

Sebagai international marketer, memahami pasar secara menyeluruh sangatlah penting. Pasar global terdiri dari konsumen dengan latar belakang budaya, preferensi, dan regulasi yang berbeda-beda. Theodore Levitt dalam esainya The Globalization of Markets (1983) menekankan bahwa globalisasi tidak berarti homogenisasi produk, tetapi menyesuaikan strategi untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda di pasar lokal. Menjadi international marketer berarti memahami bagaimana tren di setiap pasar global berpengaruh terhadap preferensi konsumen dan bagaimana kita dapat beradaptasi dengan tren tersebut.

Dalam era pemasaran modern, penggunaan kecerdasan buatan (AI) menjadi esensial untuk memahami dinamika pasar. AI memungkinkan kita menganalisis data secara real-time dan mengidentifikasi pola perilaku konsumen yang terus berubah. Dengan alat ini, kita dapat memprediksi perubahan preferensi konsumen di berbagai wilayah dan meresponsnya dengan lebih cepat dan efektif.

Adaptasi Produk dan Branding

Salah satu tantangan terbesar bagi eksportir yang ingin beralih menjadi international marketer adalah kemampuan untuk menyesuaikan produk dan strategi branding. Seperti yang disampaikan oleh Jean-Nol Kapferer dalam The New Strategic Brand Management (2012), "Merek global yang sukses adalah merek yang mampu beradaptasi dengan konteks budaya lokal tanpa kehilangan identitas utamanya." Artinya, meskipun produk kita dipasarkan secara global, kita harus menyesuaikan aspek-aspek tertentu untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal tanpa kehilangan esensi merek.

Sebagai contoh, dalam industri garmen, perubahan kecil pada desain produk untuk memenuhi preferensi konsumen di Eropa---seperti penggunaan bahan ramah lingkungan---telah meningkatkan daya tarik produk kami secara signifikan. Di sinilah peran AI kembali muncul, memberikan wawasan tentang preferensi pasar lokal dan membantu perusahaan dalam menyesuaikan produk dan branding dengan lebih presisi. Dengan cara ini, perusahaan dapat membangun merek global yang kuat, seperti yang dijelaskan Kapferer, melalui adaptasi yang cerdas dan strategis.

Teknologi Digital: Katalisator Pemasaran Global

Teknologi digital, seperti yang ditekankan Kotler dalam Marketing 4.0, merupakan pendorong utama transformasi dari eksportir ke international marketer. Pertumbuhan e-commerce global yang mencapai USD 5,9 triliun pada 2023 menjadi bukti bahwa platform digital menjadi jembatan antara produk lokal dengan pasar internasional. Namun, hadir di platform digital saja tidak cukup. Kita perlu menggunakan teknologi, khususnya AI, untuk memaksimalkan efektivitas pemasaran global.

AI membantu dalam berbagai aspek pemasaran digital, mulai dari analisis data perilaku konsumen, prediksi tren, hingga personalisasi iklan digital. Menurut laporan dari McKinsey (2022), perusahaan yang menggunakan AI dalam pemasaran mampu meningkatkan efektivitas kampanye digital hingga 25%. Dengan demikian, kita dapat menjangkau konsumen global dengan lebih tepat dan efisien.

Penggunaan chatbot berbasis AI juga membantu mempercepat proses komunikasi dengan konsumen, memperbaiki layanan pelanggan, serta memberikan pengalaman yang lebih personal bagi konsumen di seluruh dunia. Hal ini sejalan dengan pandangan Levitt bahwa pemasaran global tidak hanya soal produk, tetapi juga tentang hubungan yang dibangun dengan konsumen.

Kolaborasi Global

Kolaborasi dengan mitra global menjadi elemen kunci dalam memperluas pasar. Seperti yang dijelaskan oleh Christopher Bartlett dan Sumantra Ghoshal dalam Managing Across Borders (1989), perusahaan multinasional harus membangun kolaborasi yang kuat dengan mitra lokal agar dapat memahami dinamika pasar dengan lebih baik dan meningkatkan daya saing mereka. Di sektor garmen, kolaborasi dengan distributor lokal di Amerika Utara telah membantu kami memperluas jangkauan hingga dua kali lipat dalam dua tahun terakhir.

AI juga berperan penting dalam proses kolaborasi ini, dengan memberikan wawasan yang lebih baik tentang potensi mitra bisnis dan membantu kita dalam memilih mitra yang paling tepat di setiap pasar. Selain itu, AI dapat memantau kinerja mitra dan memberikan data yang relevan untuk memperkuat hubungan bisnis di tingkat global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun