Jumlah Unit Usaha: Solo menjadi pusat bagi sekitar 2.100 usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergerak di industri batik, sebagian besar berlokasi di Laweyan dan Kauman.
Kontribusi Ekonomi: Solo dikenal sebagai salah satu kota yang sangat erat dengan tradisi batik, dan menjadi penggerak utama bagi sektor industri kreatif di kota ini, dengan pertumbuhan ekonomi dari batik mencapai 20-25% per tahun.
Ekspor Batik: Batik Solo terkenal di pasar Asia dan Eropa, terutama untuk batik klasik seperti motif parang dan sidomukti.
3. Pekalongan
Jumlah Perajin Batik: Pekalongan memiliki sekitar 40.000 perajin batik yang tersebar di berbagai kecamatan, dengan beberapa daerah yang menjadi pusat produksi seperti Tirto dan Wiradesa.
Jumlah Unit Usaha: Pekalongan memiliki lebih dari 5.000 unit usaha batik, dengan fokus pada batik tulis, cap, dan printing. Kota ini juga dikenal dengan Batik Pekalongan yang bercorak lebih berwarna dan dinamis.
Kontribusi Ekonomi: Industri batik di Pekalongan memberikan kontribusi besar bagi PDRB kota ini, dengan sekitar 30-40% pendapatan masyarakat di kota ini berasal dari industri batik.
Ekspor Batik: Pekalongan menjadi pusat ekspor batik ke negara-negara di Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Serikat, dengan total nilai ekspor tahunan mencapai USD 54 juta dari sektor batik.
Ketiga kota ini memainkan peran strategis dalam menjaga kelangsungan warisan batik Indonesia. Yogyakarta dikenal dengan batik yang kaya filosofi, Solo dengan batik klasik dan produksinya yang masif, serta Pekalongan dengan batik yang lebih dinamis dan inovatif. Ketiganya berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia, khususnya dalam meningkatkan ekspor batik dan menciptakan lapangan kerja bagi ribuan perajin lokal.
Data ini menunjukkan betapa pentingnya batik, tidak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai sektor ekonomi yang signifikan di berbagai wilayah di Indonesia.
Batik sebagai Pilar Kemajuan Peradaban