Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Batik sebagai Energi Pendorong Kemajuan Ekonomi dan Pilar Peradaban Bangsa

2 Oktober 2024   07:16 Diperbarui: 3 Oktober 2024   07:02 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : kompas.com | Ilustrasi batik, pembuatan batik di Lasem, Jawa Tengah.(SHUTTERSTOCK/INDANINGSIH JUANDA)

Batik telah lama digunakan dalam berbagai fase kehidupan masyarakat Jawa, mulai dari kelahiran, pernikahan, hingga kematian. Motif parang, misalnya, melambangkan kekuatan dan kesinambungan, sementara kawung mencerminkan keseimbangan hidup dan spiritualitas.

Penggunaan batik di berbagai momen ini menunjukkan bagaimana batik tidak hanya sebagai pakaian, tetapi juga cerminan perjalanan hidup manusia, terikat dalam tradisi yang berakar dalam.

Batik dalam Lanskap Perekonomian Nasional

Secara nasional, industri batik menjadi salah satu sektor yang menopang ekonomi kreatif Indonesia. Menurut data Kementerian Perindustrian, industri batik mempekerjakan lebih dari 200.000 orang di seluruh Indonesia, dengan lebih dari 47.000 unit usaha batik. Batik menjadi salah satu komoditas unggulan di sektor mode, menyumbang sekitar 1,2% dari total produk domestik bruto (PDB) sektor industri kreatif.

Pada 2024, sektor batik terus menunjukkan pertumbuhan dengan meningkatnya minat pasar internasional. Beberapa pasar ekspor utama batik Indonesia meliputi Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Di pasar domestik, batik juga semakin populer dengan peningkatan penggunaan batik dalam busana sehari-hari serta acara resmi, baik di sektor pemerintahan maupun swasta.

Energi Pendorong Ekonomi Daerah 

Data statistik industri batik di tiga kota utama, yaitu Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan, yang dikenal sebagai pusat produksi batik di Indonesia menunjukkan kontribusi signifikan dalam pembangunan ekonomi daerah. Ketiga kota ini memiliki peran penting dalam menjaga dan mengembangkan industri batik nasional, baik dari segi budaya maupun ekonomi.

1. Yogyakarta

Jumlah Perajin Batik: Yogyakarta memiliki lebih dari 15.000 perajin batik, yang tersebar di beberapa daerah seperti Bantul, Sleman, dan Kota Yogyakarta.

Jumlah Unit Usaha: Terdapat sekitar 1.500 usaha batik di Yogyakarta yang berfokus pada produksi batik tulis dan cap.

Kontribusi Ekonomi: DIY berkontribusi sekitar 15% dari total produksi batik nasional, dengan penghasilan dari sektor ini turut meningkatkan pendapatan domestik regional bruto (PDRB) sektor industri kreatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun