Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Batik sebagai Energi Pendorong Kemajuan Ekonomi dan Pilar Peradaban Bangsa

2 Oktober 2024   07:16 Diperbarui: 3 Oktober 2024   07:02 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Batik Nasional 2024 merupakan peringatan penting untuk mengenang perjalanan panjang batik sebagai warisan budaya dan kontribusinya dalam perekonomian Indonesia. 

Batik tidak hanya menjadi simbol tradisi, tetapi juga bagian dari siklus kehidupan, kemajuan peradaban, serta motor penggerak ekonomi, terutama di daerah seperti Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang menjadi pusat produksi dan inovasi batik.

Sejarah Hari Batik: Dari World Craft Council hingga Pengakuan UNESCO

Sejarah Hari Batik Nasional dimulai ketika batik Indonesia diakui oleh World Craft Council (WCC) sebagai kerajinan tangan bernilai tinggi di panggung internasional. Ini membuka jalan bagi pengakuan batik sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009.

Sejak saat itu, Hari Batik Nasional diperingati setiap 2 Oktober untuk merayakan batik sebagai salah satu warisan budaya takbenda dunia yang tidak hanya estetik tetapi juga memiliki nilai filosofis mendalam.

Peran Penting Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran krusial dalam pelestarian dan perkembangan batik. Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, DIY menyumbang sekitar 15% dari total produksi batik nasional. Batik Yogyakarta terkenal dengan motif klasik seperti batik kraton dan batik ceplok, yang memiliki nilai filosofis mendalam dan sering digunakan oleh kalangan kerajaan. Selain itu, DIY merupakan salah satu daerah penghasil batik dengan nilai ekonomi yang signifikan, dengan ratusan unit usaha batik yang tersebar di berbagai wilayah.

Pada 2023, sektor batik di Indonesia berhasil menghasilkan nilai ekspor sebesar USD 54,4 juta, dan DIY berkontribusi signifikan melalui berbagai pusat produksi di Bantul, Kulon Progo, dan Sleman. Jumlah perajin batik di Yogyakarta terus meningkat, mencapai lebih dari 15.000 perajin di seluruh provinsi.

Selain itu, Yogyakarta menjadi pusat pendidikan batik dengan banyaknya sekolah dan workshop yang fokus pada pelatihan generasi muda untuk melestarikan dan mengembangkan seni batik.

Batik sebagai Simbol Siklus Kehidupan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun