Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Terburuk Sejak 26 Tahun Terakhir, Wajah Ekonomi Indonesia Pasca Terpuruknya Rupiah Melampaui Rp 16.000/US$ di Tahun 2024

12 April 2024   16:23 Diperbarui: 13 April 2024   06:52 2278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tembus Rp 16.000 sejak hari kedua lebaran 2024, pada sesi perdagangan pagi pukul 07.15 WIB, Kamis (11/4).

Google Finance, mencatat perdagangan Rupiah di angka Rp 16.013/dolar AS atau naik 0,79% dibandingkan sehari sebelumnya. Bahkan nilai Rupiah sempat menyentuh Rp 16.109,25 / US$ di hari Jumat, 12 April 2024.

Rupiah kini di posisi terlemah sejak 26 tahun terakhir. Mata uang Rupiah pernah mencapai level terlemah di Rp 16.800/US$ pada 17 Juni 1998. Posisi terlemah Rupiah kedua tercatat di Rp 15.088 pada Rabu (3/10/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor. 

Dinamika politik nasional sebelum dan pasca pemilu 2024 sangat mungkin akan memicu krisis kepemimpinan nasional dan krisis ekonomi di Indonesia.

Lanskap Geopolitik Dunia akan sangat dipengaruhi oleh hasil pemilu berbagai negara di tahun 2024 ini.

Pertanyaan fundamentalnya adalah: apakah melalui pemilu yang dipercaya sebagai sebuah pilar demokrasi di suatu negara, akan berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat dan kemajuan suatu negara, atau justru dengan pemilu yang tidak demokratis, maka akan mengakibatkan penderitaan rakyat dan mundurnya suatu negara.  

Mungkinkah mata uang Rupiah akan melampaui titik terlemah di Rp 16.800/US$ seperti terjadi di tahun 1998?

Lanskap Ekonomi Global

Saat ini, The Fed, ECB, dan BoJ masih terus menahan untuk tidak menurunkan atau menaikkan suku bunga acuan. Secara umum ekonomi kawasan Asia, Timur Tengah dan Afrika akan relatif lebih baik dibandingkan dengan Amerika Serikat serta Eropa.

Ada kemungkinan terjadi pusaran arus modal akibat benturan arus portofolio modal dengan basis mata uang US$ dan negara-negara maju (hot money) dengan mata uang negara-negara Timur Tengah, Asia, dan Afrika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun