Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Filsafat | Climate Justice and DRR

Penulis adalah praktisi Pengurangan Risiko Bencana dan Pengamat Sosial

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Perang Ukraina 2022: Reaksi Rusia atas NATO dan Superioritas AS

25 Februari 2022   18:22 Diperbarui: 26 Februari 2022   07:55 1654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara umum ada dua kelompok besar sikap politik Amerika terhadap Rusia. Sikap pertama adalah bahwa kebijakan Amerika  untuk memperlakukan Rusia sebagai layaknya negara yang mengalami kalah perang dalam konteks perang dingin.

Sikap politik pertama ini fokus pada bagaimana memperlakukan Rusia dengan banyak kerjasama Internasional tetapi dengan syarat fasisme dan komunisme tidak terjadi lagi di negara yang mengalami kalah perang tersebut.

Sikap politik yang mirip seperti ini kita kenal sebagai kebijakan politik yang disebut Marshall plan. 

Saat itu, George Marshall, sekretaris negara memiliki inisiatif untuk membuat rencana program pembangunan ekonomi skala besar (1947 - 1951) oleh Amerika Serikat yang bertujuan membangun kembali kekuatan ekonomi negara-negara di Eropa setelah Perang Dunia II usai. Kebijakan program tersebut kemudian dikenal sebagai Marshall Plan.

Program semacam itu (Marshall Plan) akan dilakukan kepada Rusia. Amerika memberikan berbagai program kerjasama dengan mendatangkan banyak uang namun dengan syarat negara Rusia juga harus menjalankan "agenda demokratisasi ala Amerika".

Gambaran sikap kebijakan politik Amerika kedua adalah sikap yang cenderung akan memberikan hukuman terhadap Rusia sebagai negara yang telah mengalami kekalahan dalam perang dingin.

Ironisnya sikap terbuka Rusia yang sudah ditunjukkan oleh Boris Yeltsin dalam kunjungan ke Amerika tersebut di tahun 1992 tidak ditanggapi secara serius oleh Amerika dan tentunya para sekutunya di NATO.

Beberapa dekade pasca 1992, Rusia memiliki kecenderungan sikap sentimen Anti Amerika yang menyeluruh sampai pada masyarakat akar rumput. 

Wakil Menteri Pertahanan AS untuk Kebijakan Paul Wolfowitz dan wakilnya Scooter Libby (tanggal 18 Februari 1992) mengeluarkan sebuah dokumen rahasia yaitu versi awal Pedoman Perencanaan Pertahanan untuk tahun fiskal 1994--1999 yang kemudian dikenal dengan Doktrin Wolfowitz. Dokumen ini bocor ke New York Times pada 7 Maret 1992, dan memicu kontroversi publik tentang kebijakan luar negeri dan pertahanan AS.  

Dokumen tersebut secara luas dikritik sebagai imperialis, karena dokumen tersebut menguraikan kebijakan unilateralisme dan tindakan militer pre-emptive untuk menekan potensi ancaman dari negara lain dan mencegah kediktatoran naik ke status negara adidaya. 

Amerika adalah negara adidaya yang tidak boleh ada kekuatan lain mengancam superioritasnya. Ada sedikit perubahan kebijakan politik luar negeri AS dari dasar kebijakan dokumen Wolfowitz ini yaitu kebijakan bahwa Amerika harus tetap mewaspadai Rusia sebagai ancaman kekuatan asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun