Insiden berikutnya terjadi tanggal 15 April 2010 saat seorang pelaku meledakkan bom di tubuhnya di masjid yang terletak di dalam kompleks Mapolresta Cirebon, Jawa Barat dan melukai 25 orang anggota polisi saat hendak menunaikan ibadah sholat Jumat. Â
Teror bom terjadi lagi pada tanggal 29 September 2010, Â saat pelaku meledakkan bom di sepeda yang dikendarainya dekat seorang anggota patroli Kapolres Bekasi, saat itu pelaku dan polisi selamat.
Kurang lebih setahun berikutnya pada 25 September 2011, anggota jaringan teroris Cirebon yang melakukan serangan di Mapolresta Cirebon telah meledakkan diri di halaman Gereja Bethel Injili, Solo, Jawa Tengah. Â Teror berikutnya terjadi pada 3 Juni 2013 dengan pelaku meledakkan diri di depan Mapolres Poso.
Pada tanggal 14 Januari 2016, ledakan terjadi lagi di Jakarta di dua tempat, yakni di daerah tempat parkir Menara Cakrawala, gedung sebelah utara Sarinah, dan sebuah pos polisi di depan gedung tersebut. Sedikitnya delapan orang (empat pelaku penyerangan dan empat warga sipil) dilaporkan tewas dan 24 lainnya luka-luka akibat serangan ini. Khatibah Nusantara menyatakan bertanggung jawab atas ledakan bomb Thamrin tahun 2016.Â
Bom Surabaya 2018 merupakan rangkaian serangan teroris yang awalnya terjadi pada 13 Mei 2018 di tiga gereja di Surabaya. Dua keluarga melakukan serangkaian pemboman bunuh diri yang menewaskan belasan orang termasuk dua gadis muda yang orang tuanya menjadi pelaku salah satu penyerang insiden bom itu dan sekaligus pemimpin organisasi lokal yang berafiliasi ke kelompok Negara Islam yang dikenal sebagai Jemaah Anshorut Daulah. Â
Serangan terorisme yang gagal terjadi saat peristiwa aksi demonstrasi penolakan hasil rekapitulasi suara pemilihan umum (Pemilu) 2019 pernah akan dimanfaatkan oleh kelompok JAD Â untuk membuat situasi chaos. Hal ini terungkap pasca rencana aksi terorisme yang direncanakan terjadi pada tanggal 22 Mei 2019, telah gagal setelah seorang terduga teroris berinisial DY (anggota JAD) ditangkap.Â
Serangan Bom Makassar 2021 ini, menjadi sebuah momentum bagi Indonesia untuk sadar tingginya risiko ancaman terorisme di tanah air sebagai suatu kejahatan transnasional atau disebut "Transnational Organized Crime" (TOC).Â
Perubahan Peta Terorisme di Indonesia
Saat ini ada dua organisasi besar yang memiliki potensi melakukan aksi penyerangan menggunakan aksi bom di Indonesia, yaitu pertama Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi ke ISIS dengan jumlah anggota aktif diperkirakan sebanyak 1.200 orang dan kedua adalah jaringan Neo Jemaah Islamiah yang berafiliasi ke Jemaah Islamiah Internasional dengan anggota sekitar 3.500 orang di Indonesia.
Pada dekade pertama pasca serangan Bom Bali 1, sel jaringan Jemaah Islamiyah yang berafiliasi ke Al-Qaeda sangat aktif dan akibatnya sejak desk terorisme terbentuk sampai pasca terbentuknya detasemen khusus anti teror, anggota mereka banyak dilumpuhkan aparat keamanan.Â
Hal ini menyebabkan perubahan pelaku teror dari kelompok JI atau Neo-JI ke jaringan Jemaah Ansharut Daulah (JAD) dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang berafiliasi ke ISIS.