Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Masturbasi Politik dan Syahwat Kekuasaan

10 Desember 2020   06:47 Diperbarui: 10 Maret 2024   07:30 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pilkada (sumber: indopos.co.id)

Istilah "demokrasi"  berasal dari kata Yunani (dmokrata), yang makna harafiahnya adalah dipimpin oleh rakyat. Pilihan sebuah sistem pemerintahan Negara Indonesia yang demokratis sangat jelas meletakkan kepentingan bersama rakyat yang hadir dalam kepentingan nasional sebagai kepentingan tertinggi. Kepentingan Nasional jauh lebih tinggi dari kepentingan apapun dimana rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi, bukan para politisi.

Seorang ilmuwan politik dari Amerika Larry Diamond menyampaikan ada empat (4) elemen demokrasi yaitu pertama adalah adanya sistem politik untuk memilih dan menempatkan suatu pemerintah negara melalui pemilihan umum yang bebas, jujur, dan adil. 

Elemen kedua adalah partisipasi aktif rakyat sebagai warga negara dalam politik dan dalam hal kehidupan kebangsaan serta kewargaan. Elemen ketiga adalah perlindungan Hak Asasi Manusia seluruh warga negara. Hal keempat adalah penegakkan hukum dimana hukum diterapkan secara adil terhadap seluruh warga negara.

Keempat elemen demokrasi tadi memang sudah ada di Indonesia, namun keberadaannya masih sangat terbatas pada formalitas demokrasi. Hal ini tentunya membutuhkan satu kesadaran dan kecerdasan kolektif Bangsa Indonesia.  

Kesadaran bahwa substansi demokrasi harus tercermin dalam kebudayaan demokrasi melalui ruang dialektika yang sehat dimana kepentingan Nasional haruslah menjadi pijakan bersama. Kecerdasan dibutuhkan untuk membedakan politik yang cerdas dan bermartabat dengan politik yang bodoh dimana oknum politisi serta pendukungnya sering melakukan manipulasi maupun masturbasi politik. (TA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun