Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Paradoks New Normal dan Abnormalitas Global

3 Juni 2020   23:27 Diperbarui: 2 Juli 2020   06:05 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi protokol kerja ketika masa kenormalan baru. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Sektor perbankan akan berhadapan dengan menguatnya ekonomi digital yang sekaligus juga akan memukul industri bank konvensional jika tidak beradaptasi dengan cepat dan tepat.

Salah satu paradoks global yang ditulis Naisbitt adalah bahwa Semakin Besar Ekonomi Dunia, Semakin Kuat Perusahaan Kecil. Kita menyaksikan daya bertahan perusahaan kecil dan UMKM menjadi basis pergerakan ekonomi lokal yang akan menyelamatkan mata pencaharian penduduk secara langsung saat "global supply chain" terganggu dan tidak bisa diandalkan dalam tempo singkat.

Paradoks New Normal adalah paradoks global yang kita hadapi dan ditandai dengan banyak hal kebaikan lama menguat serta hal baru muncul secara bersamaan. 

Hal ini misalnya, dalam pembatasan akses ritual di rumah ibadah justru telah menguatkan dan membebaskan ekspresi keimananan dan keagamaan pada basis individu. Kita juga menjadi lebih mengerti bahwa dalam kematian ada kehidupan, dan dalam kehidupan ada kematian pada konteks serta arti luas. Pengarusutamaan protokol kesehatan menjadi protokol utama dalam kenormalan baru yang dirumuskan oleh badan kesehatan dunia WHO dan diikuti pemerintah, serta swasta utamanya tentang protokol CHS (cleanliness, health, and safety protocol) akan sangat mungkin berkembang dinamis. Agenda pembangunan ekonomi yang biasanya meminggirkan urusan kesehatan dibandingkan investasi saat ini diputar kebalikannya. Ekonomi global akan bertumpu pada ekonomi domestik dan lokal. Pertumbuhan ekonomi sebagai instrumen pembangunan ekonomi akan berhadapan dengan konsep "zero growth economy", globalisasi akan berhadapan dengan tekanan arus deglobalisasi. 

Paradoks New Normal ini seolah menegaskan  pentingnya otentisitas dalam semua aspek kehidupan. Spirit dan nilai dasar kehidupan manusia sebagai hal yang otentik dalam kebudayaan serta tradisi merupakan identitas dan seharusnya dilestarikan selaras dengan kenormalan baru. (TA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun