Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Superioritas Paman Sam dan Agenda Setting Perang Melawan Teror

23 Mei 2020   15:01 Diperbarui: 4 November 2023   07:06 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Runtuhnya Jerman Timur tahun 1990, kembali memposisikan Amerika Serikat menjadi Negara Super Power dengan Agenda Market Led Development. Konsep ini berpadu dengan konsep neoliberalisme yang secara gradual mampu meruntuhkan blok Timur dan Sosialisme Uni Soviet. Samuel Huntington, profesor ilmu Politik dari Harvard University pada era tahun 1980an menulis buku "The Clash of Civilization, Remarking of World Order" secara jelas menguraikan kebangkitan peradaban Islam akan menantang peradaban barat.

Pada era yang sama Anthony Gidden menulis buku "The Third Way" yang menjadi thesis jalan tengah sekaligus alternatif antara Kapitalisme dan Sosialisme. Namun demikian praktek Jalan Ketiga sebagai alternatif ini ternyata pada kenyataannya palsu atau tidak dijalankan semestinya. Pengikut The Third Way ini adalah George W Bush, Margareth Thatcher, dan Tony Blair. Mereka adalah sebagian para kepala negara yang paling kuat mendukung struktur Globalisasi, dan menjadikan Anthony Giddens sebagai inspirator sekaligus dewa bagi kebijakan ekonomi mereka.

Bush waktu itu masih dekat dengan Bin Laden family dalam bisnis maupun personal. Namun demikian faktanya Presiden Amerika pun juga menjadi boneka di negara sendiri. Mereka harus tunduk dibawah National Security Agency (NSA) yang sangat powerfull. NSA bisa memberikan "directive order" kepada Central Inteligent Agency (CIA) untuk melakukan operasi rahasia di seluruh dunia. John F Kennedy ditembak oleh sniper yang diprintah oleh faksi dalam CIA karena pecah terfragmentasi terkait policy Kennedy untuk mengakhiri perang Vietnam secara damai dan bermartabat. Artinya dalam sejarah pergolakan politik Amerika, mereka sendiri tega melakukan "asasination" bahkan  terhadap presiden mereka.

NSA bisa memberikan "clasified notes" kepada Presiden Amerika sebagai dasar untuk memerintahkan USAF, Navy, dan Army berperang.

NSA, CIA dan militer dikendalikan oleh elite group dari oknum Jenderal militer, oknum Konglomerat, dan oknum Jewish di negeri Paman Sam. Perang Irak adalah contoh konstruksi kepentingan Amerika untuk memperteguh agenda market expansion mereka dengan cara menciptakan musuh bersama yaitu "dictatorship dan Islam". 

Tiga Taktik Utama

Melihat catatan sejarah politik luar negeri Amerika, ada tiga unsur taktik utama yang selalu mereka gunakan sebelum Operasi Militer, yaitu :

  1. Menciptakan Stigma pada Musuh
  2. Melakukan Claim Peran Militer
  3. Menguatkan Legitimasi Operasi Miter

Taktik Utama dalam Perang Irak didahului dengan operasi intelijen untuk menciptakan stigma bahwa Saddam Husein sebagai diktator dan musuh bersama. Ironisnya, perkembangan teknologi militer Irak awalnya sangat didukung Amerika ketika melawan Iran. Amerika kemudian mengklaim Irak yang dipimpin Saddam Husein sebagai Negara musuh yang harus dihancurkan atas kejahatan-kejahatan mereka. Klaim ini memberi legitimasi kepada masyarakat Internasional melalui Dewan Keamanan PBB untuk melakukan intervensi berupa operasi militer ke Irak.

ISIS lahir dari perilaku invasif Amerika atas Irak. Negara Irak dihancurkan, dikuasai, dan banyak peralatan serta perlengkapan perang Amerika di tinggal di Irak. Sementara gerilyawan perang Irak dari beberapa negara akhirnya diabaikan bersama persenjataan lengkap.

Pada tahun 2009, fokus kelompok bersenjata dari Syria berpindah dari membela Irak berperang melawan Amerika menjadi agenda untuk menguasai Syria. Kelompok pemberontak Syria ini kemudian sempat minta dukungan terhadap Amerika dan sekutunya untuk melawan presiden Syria Bashar al-Assad. Permintaan bantuan dari kelompok pemberontak itu dipenuhi dan hanya kurang dari satu bulan Amerika, Saudi Arabia, Yordania, Qatar, Turki dan Israel mengirimkan senjata dan personil termasuk melatih kelompok pemberontak Syria ini. Akhirnya kemudian kelompok pemberontak pembebasan Syria ini menjadi sangat kuat.

Sementara kelompok ISIS muncul sekitar Juni 2014 dan Amerika mengirim bantuan ke mereka kelompok pemberontak untuk melawan ISIS. Padahal ISIS ini sangat dekat dan didukung oleh kelompok pemberontak pembebasan Syria. Struktur ISIS pun sangat jelas dibiarkan dan dipersiapkan menjadi agenda War on Teror jilid 2. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun