Mohon tunggu...
Tilarso -
Tilarso - Mohon Tunggu... karyawan swasta -

[saya suka puisi tapi kurang bisa berpuisi | saya gemar membaca cerpen tapi amat sukar menulis cerpen | apalagi menulis cerita panjang yang saya membacanya jarang]

Selanjutnya

Tutup

Money

Jangan Bawa ke Kompasiana!

22 November 2010   00:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:24 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata kita sudah amat sering disodori pemandangan yang memalukan, menakutkan, berdarah-darah, dan memilukan dengan vulgar. Perselisihan. Banyak pintu untuk bisa masuk ke pemandangan seperti itu. Televisi, internet, dan media cetak. Setiap hari setiap saat.

Dengan corak yang berbeda, di kompasiana pun sering dijumpai persilihan yang lumayan vulgar. Baik berupa artikel maupun komentar. Ada yang menulis bertujuan untuk menyerang. Untuk memancing perdebatan urat dalam kata-kata. Bahkan berkomentar untuk memancing kemarahan padahal artikel yang dikomentari tak mengarah ke sana.  Dan lebih memiriskan yakni mencoba mengemukakan kelemahan dan kejelekan agama. Sehingga yang terbaca adalah komentar-komentar yang jauh dari tata krama.

Mengapa kita tak bosan menciptakan perselisihan padahal tak ada manfaat apapun yang bisa diambil dari perselisihan? Tak teriritasikah mata kita? Ataukah sudah hilang rasa persaudaraan kita? Atau harus menunggu bencana agar persaudaraan kembali dieratkan seperti yang sudah sering kita alami?

Kita telah 'hidup' serumah di kompasiana. Saat awal kita menjadi penghuni kita sering saling menyapa hangat membuat kita merasakan semangat baru. Kita masuk ke rumah ini tentu dengan tujuan baik. Ingin berbagi ilmu, belajar, dan menciptakan persaudaraan lewat tulisan. Haruskah semua itu tercemari oleh ambisi sesaat? Ingin muncul di headline, terpopuler, tertinggi, terbanyak.

Menjadi nomor satu memang penting tapi lebih penting adalah caranya. Di rumah ini yang kita perlukan adalah kerendahan hati dan saling menghargai. Sebab kita semua mempunyai kelebihan dan kekurangan, juga kelemahan dan kekuatan. Kita seyogyanya saling melengkapi agar tercipta keharmonisan di dalam 'rumah tangga' kompasiana.

Bawalah semua yang positif ke dalam rumah kita ini. Bila negatif jangan bawa ke sini.

-o0o-

Jakarta, 22 Novenber 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun