Merokok bagi banyak orang adalah kebiasaan yang mengasyikkan namun tak sedikit pula yang membenci rokok. Mengasyikkan dan membenci itu soal hak. Dan Anda bebas memilih yang mana saja.
Bila ditilik dari segi ekonomi, merokok sebenarnya merugikan. Berapa uang yang harus dibelanjakan untuk membeli rokok? Yang berpenghasilan menengah ke atas mungkin tak jadi masalah. Namun bagaimana dengan mereka yang berpenghasilan pas-pasan apalagi bagi yang berpenghasilan tak menentu? Yang pas-pasan dan tak menentu mungkin tak jadi masalah bila masih lajang. Bagaimana bila sudah berumahtangga.
Mereka yang berpenghasilan pas-pasan dan tak menentu bisa jadi uang yang dialokasikan untuk rokok lebih besar daripada untuk kebutuhan keluarga. Padahal anak istri makan ala kadarnya tanpa memperhatikan asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi. Namun menyadari atau tak menyadari keadaan ini seperti dibiarkan
Seandainya belanja rokok sebesar 6000 rupiah lalu dialihkan untuk membeli susu, maka setiap keluarga di Indonesia akan dapat minum setiap hari. Kandungan gizi pada susu amat baik untuk pertumbuhan dan kecerdasan pada anak, baik untuk kesehatan ibu hamil dan menyusui, juga baik untuk stamina bagi para pekerja keras seperti kebanyakan masyarakat kita.
Karena itu mari kita dukung kampanye anti tembakau dan rokok.
Rokok no susu yes!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H