Buruh formal berpendapatan hampir Rp5 juta cenderung menahan pengeluaran, menunggu kondisi ekonomi membaik. Bantuan Rp600 dari pemerintah sangat mungkin turut diendapkan dalam rekening mereka. Ujung-ujungnya tujuan stimulus ekonomi tidak tercapai.
Andai kebijakan ini dibuat untuk berjaga-jaga kondisi memburuk hingga terjadi gelombang PHK massal berkelanjutan dan semua orang, apapun status ekonominya bisa terdampak, seharusnya pemberian bansos tidak lagi bersifat diskriminatif, melainkan sebagai Universal Basis Income (UBI). Setiap kepala mendapat transfer dana untuk kebutuhan dasarnya, tanpa syarat, tanpa kecuali.
Setelah Spanyol, banyak negara lain mulai menerapkan UBI. Yang terkini adalah Jerman.
UBI inilah great leap forward dalam kebijakan jaring pengaman sosial dan pemenuhan kebutuhan dasar. Inilah bentuk konkrit membajak krisis itu, menjadikan krisis sebagai momentum banting setir, mengubah secara fundamental haluan kebijakan menjadi lebih berorientasi keadilan sosial.
[Tentang UBI bisa dibaca di artikel lawas, "Bikin Cemburu, Spanyol Terapkan UBI, Akankah Indonesia Juga?"]
Pemerintah Jerman dan Spayol membajak krisis ini, mempersiapkan kuda-kuda bagi great leap menuju masa depan baru. Pemimpin Spanyol dan Jerman melakukannya tanpa perlu melontarkan janji-janji kosong dalam pidato peringatan Hari Kemerdekaan.Â
Di negeri-negeri itu, loncatan besar dan membajak krisis tidak berakhir sebagai gelembung sabun kata-kata.
Yang Rasional: Riset dan Rekomendasi Gaya Senggama yang Aman-Covid.
Kabar pusingkan kepala yang kedua adalah artikel VOA Indonesia, 3/9/2020. Judulnya "Dokter Kanada Anjurkan Pakai Masker dan Tak Ciuman Saat Berhubungan Intim."
Hah! Mana asyik?Â
Di Amerika Serikat dan Inggris, rekomendasi cara berhubungan sex yang aman dari penularan Covid-19 rupanya sudah ramai dibicarakan sejak awal bulan lalu.
Seperti halnya pemerintah Kanada, Peneliti Universitas Harvard  juga menyarankan pemakaian masker dan tidak berciuman saat bersenggama agar terhindar dari penularan Covid-19.