Awal Agustus lalu, Menko Polhukam Mahfud MD memancing kegaduhan publik dengan kicauan twitternya. Pak Mahfud menginformasikan, politisi Fadli Zon dan Fahri Hamzah akan menerima penghargaan Bintang Mahaputera Nararya.
Banyak orang tidak habis pikir, bagaimana bisa justru Fadli dan Fahri dinilai layak menerima penghargaan itu. Menyatakan kekecewaannya, penulis kondang Khrisna Pabhicara melempar artikel berjudul, “Fahri Hamzah dan Fadli Zon Terima Gelar, Munir dan Widji Thukul Terima Doa.”
“Bahkan, bagi saya, Munir dan Widji Thukul layak mendapat Bintang Kehormatan yang lebih tinggi dibanding Bintang Mahaputera. Kedua tokoh tersebut bisa diusulkan setidaknya untuk menerima Bintang Republik Indonesia Nararya,” tulis Khrisna.[5]
Khrisna dan semua orang yang berharap serupa lupa kalau Wiji Thukul, Munir, dan aktivis-aktivis yang hilang itu cuma punya jasa membuka ruang demokrasi sehingga tokoh daerah yang bukan bagian dari oligark lama bisa jadi Presiden. Tetapi merangkul Fahri dan Fadli dengan kembang gula Bintang Mahaputera Nararya lebih bermanfaat untuk menjaga soliditas koalisi besar.
Urusan meraih kekuasaan sudah jadi masa lampau. Ini periode kedua, Bung. Tak ada beban lagi untuk menoleh ke belakang. Yang paling penting saat ini adalah mencegah kekuasaan tumbang di tengah jalan.
Sebab yang terpenting bagi kekuasaan borjuasi Indonesia adalah meraih dan menjaga kekuasaan. Memanfaatkan kekuasaan untuk melayani rakyat cuma prioritas dalam pidato-pidato.
Rabu, 26 Agustus adalah peringatan hari ulang tahun Wiji Thukul. Mungkin ini saat yang baik untuk kembali mengingatkan Presiden Joko Widodo.
Kita pakai saja kata-kata yang pernah Jokowi ucapkan. “Masa sekian lama 13 orang bisa ndak ketemu tanpa kejelasan?” Kini sudah 6 tahun sejak Pak Jokowi jadi presiden.
Apa langkah yang sudah sungguh-sungguh dibuat untuk menemukan Thukul dan para korban penghilangan paksa lainnya? Apa kendalanya sampai belum berhasil juga?
[Baca juga: Hubungan Aneh Wiji Thukul dan Kemerdekaan]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H