Didorong oleh semangat zaman -ketertindasan oleh feodalisme raja-raja dan kolonialisme Belanda- Jangka Jayabaya kemudian beranak pinak menjadi bermacam-macam versi karya tertulis dan sastra lisan, hidup dan berkembang di tengah-tengah rakyat. Salah satu yang paling populer adalah versi ramalan Satria Piningit Notonegoro.
Penjulukan Rizal Ramli sebagai Gus Romli hendak memberi legitimasi kultural --keyakinan dan harapan ratu adil Notonegoro yang hidup di tengah masyarakat Jawa-- terhadap gagasan bahwa Rizal Ramli adalah pemimpin masa depan yang sanggup memenuhi harapan rakyat, membawa kesejahteraan dan keadilan ke tengah-tengah masyarakat.
Apakah Rizal Ramli dan Pendukungnya salah jika memanfaatkan impian ratu adil masyarakat Jawa?
Saya tidak akan menjawab ya atau tidak. Tetapi saya mengajak kita berkaca pada pandangan Sukarno tentang impian ratu adil dalam Jangka Jayabaya.
Dalam Indonesia Menggugat, pledoi di depan persidangan dirinya (1930), Sukarno berkata,
"Haraplah pikirkan, Tuan-tuan hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya 'Ratu Adil', apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini hari masih terus menyalakan harapan rakyat... Tak lain tak bukan ialah oleh karena hati rakyat yang menangis itu, tak berhenti-hentinya, tak habis-habisnya menungu-nunggu atau mengharap-harapkan datangnya pertolongan ...."
Bagi Sukarno, keyakinan masyarakat terhadap Jangka Jayabaya adalah cerminan kerinduan akan pembebasan dari ketertindasan, kemiskinan, dan kesengsaraan. Selama rakyat belum sejahtera, selama itu pula harapan -- yang bertranformasi menjadi keyakinan akan ramalan -- pembebasan selalu hidup.
Lalu apa yang Sukarno lakukan? Apakah ia mengeksploitasi kepercayaan kultural rakyat dengan mengklaim diri sebagai ratu adil atau satria piningit?
Tidak!
Sukarno menjelaskan posisi dirinya sebagai,
"pergerakan rakyat adalah bikinan kesengsaraan rakyat, pengaruh kami di atas rakyat adalah pula bikinan kesengsaraan rakyat! Kami hanyalah menunjukkan jalan; kami hanyalah mencarikan bagian-bagian yang rata dan datar untuk aliran-aliran yang makin lama makin membanjir itu ... agar supaya banjir itu bisa dengan  sesempurna-sempurnanya mencapai Lautan Keselamatan dan Lautan Kebesaran adanya."
Jalan apa yang Sukarno tunjukkan kepada rakyat?