Percampuran antara niat tulus bersolidaritas terhadap dugaan kecurangan korporasi dengan mobilisasi akun-akun kontraktor opini menghasilkan taggar #PLNVangke yang berhias meme pernyataan Jokowi tentang kebijakan pemberian potongan tarif listrik kepada masyarakat terdampak pandemi Covid 19.
Bau-bau framing kisruh tarif PLN menjadi serangan terhadap Jokowi disadari oleh para pendukung Jokowi. Mereka lantas melawannya dengan cara serupa, menggerahkan akun-akun di bawah binaan kontraktor pembentukan opini di kubu mereka.
Tetapi seperti halnya pihak lawan, juga tidak semua akun yang tampak membela PLN adalah akun-akun kontraktor opini. Sebagian besar juga orang-orang tulus yang tidak ingin idola politik mereka dijadikan target dari pengembangan kisruh tarif.
Maka berkembang pula taggar #TarifListrikTidakNaik #TarifListrikOkSaja dan #TerusTerangTarifAman
Akhirnya tarif PLN berkembang jadi (lagi-lagi) proxy pertempuran dua kubu. Dampaknya rakyat yang berpersoalan mungkin tidak akan terbantu.
Ya. Saya kira inilah yang sedang terjadi di dunia publik daring kita. Ruang yang seharusnya milik warga; tempat seharusnya warga mengimbangi hegemoni korporasi dan kekuasaan melalui media-media mainstream ternyata sudah dikooptasi pula oleh pemain-pemain besar dan kontraktor bayaran mereka.
Akhirnya, mencari ketulusan dalam percakapan publik menjadi sesulit mencari uang receh di tengah pandemi. Kita perlu berpikir lebih keras dan berhati-hati mana informsi tulus, mana manipulasi yang dimobilisasi.
___
Artikel di-back up di blog pribadi, Omgege.com
___
Catatan: