"Ini semua bukanlah untuk keagunganku, tapi agar seluruh bangsaku dihargai oleh seluruh dunia," ujar Sukarno.
Ketika Sukarno digulingkan Orde Baru, Sarinah kelimpungan sebab Orde Baru tidak mengurusinya. Demi bertahan hidup, Sarinah harus menyesuaikan diri dengan pasar, dengan selera manusia era Orde Baru yang berkiblat pada liberalisme.
Maka satu persatu lapak usaha-usaha rakyat menghilang. Para era 1990an awal gerai waralaba internasional mulai menempati Sarinah, seperti Mc Donald (1991) dan Hard Rock Cofe (1992, kemudian pindah tempat). Harga-harga barang di Sarinah juga berkembang menjadi kian mahal.
Kini Pemerintahan Joko Widodo tampaknya hendak mengembalikan Sarinah ke fitrahnya.
Pemerintah telah menganggarkan Rp 700 miliar untuk merenovasi pusat perbelanjaan modern bersejarah ini. Renovasi akan dimulai Juni 2020 dan diharapkan telah rampung pada November 2021.
Sarinah yang baru nanti kembali ke fungsi awalnya sebagai pusat UMKM dan pemasaran merek lokal. Ini adalah kehendak Presiden Joko Widodo.
Baca pula: "Jokowi Ajak Rakyat Berdamai dengan Corona, Begini Respons Waras Saya".
"Pengelolaan Sarinah, nanti Sarinah kan akan sesuai dengan arahan Presiden jadi semacam showroom produk UKM. Tadi membicarakan itu bagaimana nanti Sarinah menjadi showroom all Indonesian product lah, local brand," kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki tentang percakapannya dengan Menteri BUMN Erick Thohir.
Dalam rangka itulah, pada hari ini, 10 Mei, gerai-gerai di Sarinah, termasuk McDonald yang ramai pengunjung itu ditutup. Setelah renovasi, mereka boleh kembali menempati lapak di Sarinah, tetapi dengan syarat produk yang dipasarkan harus mayoritas produk lokal.
"Kalau McD mau buka di situ, kita carikan lokasi, tapi kita minta 50 persen konten lokal kalau bisa. Kopinya, boleh dong yang namanya produk lokal itu tidak bisa enggak kita dukung,. ... Kalau mereka mau berpihak terus jual kopi Indonesia di semua McD, saya open. Buka, jual kopi Indonesia, tapi juga jual kopinya di seluruh Indonesia," kata Menteri Erick.
Inilah sikap yang benar sebagai tuan rumah yang berdaulat. Ya, inilah bentuk nyata nasionalisme itu, nasionalisme dalam tindakan. Ini negeri kita, peruntukan ruang harus memihak bangsa sendiri. Jika asing ingin masuk, kita welcome tetapi kita paksa agar menghormati kepentingan kita. Sila buka waralaba, kita kasih ruang strategis asalkan 50 persen konten hasil produksi dalam negeri.
Lalu, terhadap kebijakan baik ini Anda bersungut-sungut hanya karena tidak rela kehilangan tempat kongkow, hanya karena kebutuhan life style Anda terampas?