Setelah salat magrib, ratusan petani anggota Qadiriyah-Naqsyabandia dari Samentara, Taman dan Damarsi berkumpul di persawahan di Keboan Pasar. Bendera putih-biru-putih simbol kepahitan hidup rakyat tani negeri jajahan dikibarkan.
Itulah hari ketika orang-orang, seperti kata Kartini, "bertingkah gila-gilaan.” Hari ketika pekik pemberontakan membahana dan lagi-lagi tumpas, tetapi semangat perlawanan menderu maju “tak punya akhir”, berubah wujud ke bentuk-bentuk yang baru. Era kebangkitan nasional pun bermula lah.***
Baca pula: "Menjadikan Petani Kaya sebagai Chain Activity Integrators (Bagian 3b)"
__________
Kisah pemberontakan di Gedangan bersumber pada buku JEJAK SIDOARJO: dari Jenggala ke Suriname yang diterbitkan Ikatan Alumni Pamong Praja Sidoarjo, Maret 2006.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H