Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Darat, Makhluk Gaib Jelita Berkesadaran Ekologis di Manggarai, Flores

1 September 2019   23:00 Diperbarui: 28 Januari 2020   21:53 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah menghilang tujuh jam, Rio, bocah 8 tahun akhirnya ditemukan. Ia muncul dari balik pohon besar yang diyakini sebagai tempat ia menghilang. Berjam-jam sebelumya, kedua orang tua dan banyak warga Desa Satar Nawang mencarinya ke mana-mana.

Masyarakat yang hampir putus asa menyimpulkan bocah kecil itu wendo le darat, 'dibawa kabur Darat'. Mereka kemudian mengadakan ritus adat. Hasilnya Rio pun muncul dari balik pohon ara besar. Demikian diberitakan FloresEditoral.com (13/11/2018). 

Kebudayaan Manggarai mengenal banyak jenis makhluk halus. Dua jenis yang paling utama adalah darat dan poti. Ini tampak dari ujaran-ujaran pantun nasihat yang disebut go'et. Misalnya, "Darat woleng tana manga rang, poti woleng pong manga rojo." Ini adalah pantun nasihat agar rendah hati sebab tiap-tiap orang punya kelebihan. Arti harfiahnya, Darat di tempat-tempat berlainan memiliki kekuasaan, Poti di tiap hutan keramat punya strategi masing-masiing.

Ada pula "Nepa paka bae krendan, poti paka bae gojing, darat paka bae wajak". Arti harfiahnya, Nepa (ular sawah) perlu diketahui cara tangkalnya, poti harus dipahami obatnya, darat wajib dipahami cara mencandainya. Maknanya adalah tiap problem ada jalan keluarnya, dan jalan keluar itu bersifat unik sesuai kondisi, tempat, dan waktu. Sebagai manusia, kita jangan lekas berputus asa, tetapi cerdik memikirkan solusi dari setiap masalah yang dihadapi.

Darat dan poti adalah dua jenis mahkluk gaib yang berbeda karakter. Poti dipadankan dengan setan dalam Bahasa Indonesia. Sifatnya jahat, merugikan manusia. Sebaliknya darat adalah peri. Mereka kerab membantu manusia mengerjakan pekerjaan-pekerjaan mustahil, misalnya memindahkan batu besar dari hutan atau sungai ke kampung. Batu-batu besar itu digunakan masyarakat zaman dahulu untuk membangun mesbah persembahan atau sebagai fondasi tempat mendirikan tiang-tiang rumah panggung.

Darat diyakini bersosok gadis jelita yang sering muncul pada jam 12 siang untuk mandi di kolam mata air di hutan keramat.

Darat hanya akan merugikan manusia jika dirinya terganggu. Alexander Jemadu dalam laporan risetnya, "Fakta Praktik Ilmu Hitam di Flores dan Daya Ilahi Air Berkat" (Jurnal Ledalero, Vol. 18, No. 1, Juni 2019), menulis, Darat diyakini masyarakat Manggarai sebagai satu dari dua jenis makluh halus yang baik. Yang pertama adalah naga beo atau naga golo, makhlus gaib pelindung kampung. Sementara darat (jenis yang kedua) adalah makluk halus pelindung hutan, batu besar, gunung, dan mata air.

Sebagai pelindung tempat-tempat tersebut, darat akan marah jika manusia mendatangi tempat-tempat itu tanpa izin. Izin yang dimaksud adalah melakukan ritus tertentu untuk menyampaikan niat baik. Bentuk kemarahan darat adalah dengan membawa pergi pelaku/korban dalam kondisi tak sadar, seperti orang dihipnotis. Mungkin kemampuan ini bersumber pada paras darat, si peri perempuan yang cantik jelita.

Orang-orang yang diculik darat bisa ditemukan setelah diadakan ritus adat. Biasanya media dan cara yang lazim adalah dengan memukul alat musik gendang dan gong, plus melakukan sumpah (wada) pada media berupa telur ayam. Bebunyian gendang dan gong dianggap memekakkan telinga si peri dan mengusir mereka pergi. Sementara telur ayam adalah wadah untuk memindahkan atau menukar kemarahan peri.

Setelah ritus ini diadakan, korban yang diculik akan ditemukan. Biasanya pada mata air atau di pohon besar. Mereka ditemukan dalam kondisi linglung. Karena itu pada malam hari digelar ritus adat yang disebut kando wakar, agar jiwa di korban benar-benar kembali masuk ke dalam dirinya, alias kesadarannya pulih 100 persen.

Wah, sebenarnya bagus juga jika ada makluk halus cantic jelita yang menjaga mata air dan hutan-hutan keramat. Lumayan lah untuk mencegah para pembalak liar perusak hutan. Sayangnya, makluk-makluk halus di Manggarai ini mudah sekali disogok dengan ritus adat. Hhhhh.

___

Dimuat juga di Budayadanteknologi.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun